Minggu, Oktober 24, 2010

ke Jepang

Malam itu tiba-tiba Bu Anti Kepala BagianKerjasama menelpon..
"Bu Puri...?"
"Eh, Bu Anti tumben... pasti minta dikirimi sms gateway ya.." Seruku menebak. Karena biasanya Hp ku berdering malam begini kebanyakan minta bantuan penyebaran undangan rapat lewat sms gateway.
"Hehehehe.... kali ini nggak minta sms gateway, tapi bu Puri diperintah bu Risma ke Jepang..." 
"Haaa.... ke depan? ngapain bu ke depan?" seruku kaget.
"Bukan ke depan bu, tapi ke Jepang..." Bu Anti menekankan suaranya tapi dengan lirih...
Sesat aku blenggg.... mak dhuerrr!!! rasanya dada dan kepalaku berdenyut.
"Bu Anti, apa nggak salah orang nih" Tanyaku panik
"Nggak bu... ini perintah langsung dari beliau"
"Aduuhhh... bu tolong jangan saya bu...saya nggak bisa bahasa Inggris.." suaraku memelas
"Lha disuruh jalan-jalan kok malah nggak mau, wis ngak usah panik, besok pagi ke Pak Ifron ya, nanti akan dijelaskan .."
Setelah pemberitahuan dari bu Anti ini perutku langsung mules....
Pagi harinya aku menemui Pak Ifron di lantai 3. Setelah diberitahu pak Ifron, perutku semakin mules dan tingkat stressku semakin melonjak tinggi. Walaupun sudah diadem-ademi kalau aku nanti tidak sendirian tapi berempat, tapi tetap saja itu tidak mendinginkan hatiku.  Dari penjelasan Pak Ifron inilah aku baru tahu kalau kita akan berangkat berempat tanggal 19-23 ke Hamamatsu dan ke Yokohama. Hamamatsu mengikuti UCLG yang ke3 dan yang ke Yokohama ke ECO2 dan Citynet. Siang itu juga Pak Ifron memintaku segera menyiapkan foto untuk visa dan segera membuat passpor.

Beli Koper
Ketika bertemu dengan Pak Ifron ada penjelasan, kalau koper akan dimasukkan ke bagasi pesawat, jadi disarankan bawa koper/tas yang agak besar kira-kira ukuran 24". Nah, malam itu aku meluncur ke Galaxy Mall  khusus ke tempat koper-koper di lantai bawah. Alamak harganya mahal amat.... separo dari gajiku... hiks.

Akhirnya setelah pilah pilih, aku ambil koper yang warna kopi...
Tiga hari setelah pembelian koper itu, kabar terbaru muncul, ternyata koper harus ukuran se-kabin agar tidak masuk ke bagasi karena setelah sampai di Osaka kita akan memburu kereta api yang menuju Hamamatsu, dikhawatirkan jika menunggu bagasi akan memakan waktu lama dan tertinggal kereta.
Alamaakkk... terpaksa ke galaxy mall lagi, dan tentu saja koper yang sudah aku beli sebelumnya tidak bisa dikembalikan. Terpaksa beli lagi seukuran kabin pesawat sekitar 20". Sebetulnya aku punya koper juga yang biasa aku bawa berpergian jika ada tugas ke luar daerah, tapi tentu saja tasku bukan standar untuk di bawa ke luar negeri, karena ini perjalanan pertamaku ke LN, maka aku sengaja beli tas yang standar LN agar tidak terjadi apa2 di jalan. Tapi ya ampuuunnn.... harganya memang gloodhaaggg... dua koper itu menguras gajiku.
Namun dari semua itu, kepanikan dan kecemasanku semakin memuncak mendekati hari pemberangkatan ke Hamamtsu... sampai jadwal mengajar dan pembimbingan skripsi mahasiswa Stikosa jadi kacau balau...

 19 Oktober 2010
Kami berempat, yakni Pak Ifron sebagai ketua delegasi, Pak Ganjar, Ibu Yayuk dan aku sendiri sepakat kumpul di Juanda pukul 06.00 karena masalah imigrasi akan memakan waktu agak lama walaupun penerbangan dengan Cathay Pacific pukul 08.20. Namun tanda-tanda perubahan rencana/skenario sudah mulai tampak di awal pemberangkatan. Ternyata tas Pak Ganjar tidak bisa mauk ke kabin pesawat karena beratnya 13,5 kilo dari yang ditentukan yakni sekitar 7 kg. Jadi terpaksa kita semua memasukkan tas-tas itu ke kabin. Bu Yayuk yang sudah kadung membawa tas kecil ndremimil, karena dia yang paling banyak tas tentengannya. "Tahu begini aku bawa tas besar, nih lihat kanan-kiri bahu nyangking tas..."
Pesawat berangkat tepat waktu pukul 08.20 WIB menuju ke Hongkong. Walaupun pesawat sangat nyaman karena kita bisa melihat peta maupun film yang bisa dipilih sendiri dengan beberapa channel melalui kursi masing2, tapi tetap saja bagiku perjalanan ini sangat menyesakkan dada. 
Sampai di Hongkong sekitar pukul 14.00 waktu Hongkong. Disini kita transit sekitar 2,5 jam untuk berangkat lagi menuju Osaka. Aduuh kaki pegel banget rasanya, karena bandaranya seukuran lapangan bola, dan lagi gate-nya ada di gate 77. Kita berempat sempat bingung naik turun lift, nyari-nyari gate 77. Setelah tahu ancer2nya, kita cari makan karena teman-teman sudah pada lapar, barangkali hanya aku saja yang tidak lapar. Rasa kecemasanku masih melekat kuat mengalahkan rasa lapar. Namun, semua makanan banyak mengandung daging yang dikhawatirkan diharamkan buat di makan.  Untungnya aku bawa biskuit dan abon, jadinya itulah makanan siang ini. Walaupun di pesawat tadi kita sudah diberi sarapan dengan menu yang sangat komplit, namun rasa lapar masih menyerang perut. Sambil menunggu waktu penerbangan aku manfaatkan untuk kirim sms ke orang-orang rumah. Anak-anakku menyemangati agar aku tetap kuat.
kitar pukul 16.45 kita terbang lagi menuju Osaka,  perjalanan di tempuh sekitar 3,5 jam. sampai di Osaka jam me nunjukkan pukul 21.00. Di sini kita harus lapor ke imigrasi. Setelah menunggu tas-tas keluar dari bagasi, kami antri ke imigrasi Osaka. Pas giliranku, petugas  menatapku dengan tajam. Berkali-kali dia menatapku tanpa senyum mencocokan foto di passpor, visa dan wajahku yang kuyu lungset ini. Tentu saja dia agak heran, foto di visa terlihat masih sempurna dengan kerudung kain yang biasa aku pakai dengan menjulur di dada dan menyerong ke kiri. Sedangkan foro si Passpor, kerudung kainku agak aku naikkan ke dahi. karena petugsa imigrasi yang membuat foto passporku memintaku untuk menaikkan kerudung agar kelihatan dahi dan pipiku. Sedangkan saat aku sampai di Osaka wajahku jelas lungset, dan lagi kerudung yang aku pakai adalah keurudung blusukan, kerudung dari kaos tanpa peniti dan bros. Sengaja aku memakai kerudung blusukan ini, karena Pak Ifron sudah mengingatkan kalau di Hongkong pemeriksaan akan ketat,disarankan agar aku tidak memakai peniti, jarum pentul maupun bros. Tiga benda yang biasa mengiringi pemakaian jilbab kainku.
Ucapan Pak Ifron terbukti benar, karena ketika di Hongkong, bu Yayuk sempat diperiksa oleh petugas dan tas tentengannya di bongkar. Ternyata dia membawa sabun cair. Walaupun akhirnya tidak terjadi insiden, tapi tak urung pemeriksaan ini membuat kami cemas.

Nggeret Koper
Setelah imigrasi tuntas, kami turun dengan eskalator sambil menggeret tas di sepanjang koridor.  Rencananya kami akan langsung menuju Hamamatsu dengan kereta api. Menurut informasi perjalanan  akan ditempuh sekitar  5 jam. Padahal jam menunjukkan pukul  23.00,  itu berarti sampai di Hamamatsu menjelang pukul 06.00 waktu Hamamatsu. Dan lagi check in hotel di sana baru buka pukul 15.00. Ya ampyuun ini berarti kita tidak bisa istirahat karena kita Cuma bisa cuci muka di toliet hotel, ganti baju terus langsung ke tempat seminar UCLG.... aduhh bener bener mak gloodhaagggg....!!!
Bandara Osaka sudah mulai sepi jam segini. Pak ifron mencoba bertanya ke salah satu petugas, dari sana dijelaskan kalau kita tidak mungkin menapatkan kereta api ke Hamamatsu, karena kereta terakhir sudah berangkat pukul 21.30. Ada kelegaan di hatiku dan bu Yayuk, berarti kita bisa bermalam sambil meluruskan punggung.  Akhirnya kembali kita menggeret tas di sepanjang koridor bandara Osaka, mencari tiket kereta api yang menuju kota Osaka, karena rencana sudah berubah, maka diputuskan kita bermalam di hotel dekat stasiun Sin Osaka karena perjalanan ke Hamamatsu akan menggunakan kereta api peluru super cepat yang sangat terkenal yakni kereta Shinkansen.
Ternyata masih ada kereta yang menuju ke Kota Osaka. Setelah membeli  teket seharga sekitar 1.300 yen (130 rupiah)/tiket, kami harus memasukkan tiket ini ke tempat yang sudah disediakan pada ujung tempat kita masuk, untuk kemudian tiket akan keluar secara otomatis di ujung tempat kita keluar.  Masalah muncul, ketika salah satu tiket tidak muncul di ujung kita keluar.  Untunglah Pak Ifron pintar juga bahasa Jepang, jadi petugsa loket yang masih tetap rapi, dan disiplin walaupun jam sudah mkenunjukkan pukul  23.15 bisa membantu dengan membuka mesin untuk mengambil tiket yang nyantol di sana.
Akhirnya dengan mengantri kami bisa duduk di kereta yang sangat nyaman, bersih dan wangi. Kondektur kereta api sudah sepuh, tapi tetep tampak berwibawa, dan tegap,. Yang membuat aku takjub, dia membungkukkan badan ketika memasuki gerbong, seakan memberi  hormat pada penumpangnya, begitu juga ketika meninggalkan gerbong kereta, lagi-lagi membungkuk dengan takzim. Herannya ketika masuk ke gerbong berikutnya, yang tidak ada penumpangnya aku lihat di masih membungkuk juga, begitu pula waktu dia meningalkan gerbong tersebut. Kami berempat tertawa, antara heran dan takjub.

Sekitar 30 menit kami sudah sampai di stasiun Sin Osaka.  Dan dengan menggeret tas kami menuju salah satu hotel yang bernama sama dengan stasiunnya Sin Osaka. Alamak mahal amat nginap di sini, semalam setara dengan 1,2 juta rupiah. Untungnya semua perjalanan ini di biayai dinas.  Coba kalau biaya sendiri... bener-bener gruubyaaakkkk.....!

20 Oktober
Pukul 06.00 kami sudah sampai di stasiun Sin Osaka, untuk naik kereta Shinkansen, dengan jadwal pukul 07.30, tiketnya lumayan mahal sekitar 900 ribu/orang. Waktu yang ditempuh sekiar 1,5 jam. Kalau menggunakan kereta bisa sekitar 5 jam.  Keretanya memang sangat luar biasa. Beruntung aku bisa merasakan kereta super cepat di dunia ini. 
Sampai di stasiun  Hamamatsu sekitar pukul 10.00. Dari stasiun menuju hotel kami jalan kaki dengan menggeret tas, naik turun tangga, naik eskalator, turun eskalator. Udara di Hamamatsu lumayan dingin, hujan rintik menyambut kedatangan kami.  Setelah berjalan sekitar 45 menit kami sampai ke hotel untuk menitipkan tas dan berangkat ke lokasi acara.
Rasanya lega di sana bisa ketemu dengan teman-teman dari Jakarta. Mereka kaget mendengar cerita kami yang sampai  bermalam di Osaka, karena mereka menempuh perjalanan cukup singkat yakni Jakarta-Singaore-Nagoya-Hamamtsu.  Tapi bagiku tidak masalah asal semuanya selamat sampai tujuan. Di UCLG ini Gubernur DKI Pak Fauzi ikut menyampaikan makalahnya, dan rencananya Jakarta akan menjadi Presiden UCLG pada tahun berikutnya. Tapi sayang, kami tidak bisa ikut dalam acara pemilihan presiden UCLG ini. Karena besok pagi harus ke Yokohama.
Kembali ke hotel sekitar pukul 20.00, waktu yang lumayan untuk istirahat. Seperti halnya di Osaka, kamar mandi di Hamamatsu ini semua serba elektronik, Jadi kalau kita mau “Ik-Ok”, tinggal tekan tombol yang ada di sebelah kanan kita semacam bantalan kursi namun penuh tombol otomatis, mulai dari menyiram, membasuh, menyemprot, sampai mengglontor. .. dan  baik sabun mandi, maupun shamponya disediakan dalam botol besar... yang tentu saja tidak boleh dibawa pulang.

21 Oktober
Pukul 05.00 kami sudah siap menuju ke staisiun bis yang membawa kami ke Yokohama,  sesuai dengan jadwal bis akan berangkat pukul 6.20. Kembali kami menggeret tas dengan bunyi  kretek kretek dari roda tas. Untungnya di sana semua pada cuek, kalau di sini bisa-bisa kita dikira jualan minyak wangi keliling hehehehe.....
Di Hamamatsu, karcis dibeli di loket-loket tidak seperti di Indonesia yang dibeli  ketika kita sudah naik bis. Di sini semua serba tertib, serba teratur, dan satu hal yang patut di tiru semua harus antri satu-satu...  Perjalanan ke Yokohama ini ditempuh sekitar 4 jam. Namun karena bisnya super nyaman serta kondisi jalan yang mulus, maka perjalanan 4 jam ini tidak terasa lama.
Tidak ada jadwal pengisian BBM, karena bis berangkat dalam kondisi BBM full. Dan lagi tidak perlu menunggu penuh penumpang. Berapapan penumpang yang ada bis tetap berangkat sesuai jadwal. Tidak ada kondektur bis, yang ada hanya sopir dengan memakai dasi dan topi, dibantu dengan peralatan cangih serba elektronik.  Pada bis  juga disediakan running teks, sehingga penumpang tahu posisi bis ada di daerah mana. Pengumuman melalui suara perempuan yang sudah diprogram sedemikian rupa menggantikan peran kondektur.  Suara inilah yang juga memberikan infromasi kita sampai di mana.
Sampai di Yokohama ternyata kita tidak langsung menuju hotel inn Otani, tapi langsung ke lokasi acara karena Delegasi Surabaya yang diwakili Pak Ifron akan presentasi pukul 15.00. Sedangkan waktu sudah menunjukkan menjelang pukul 11.00. Kembali kita menggeret tas mencari bis yang membawa kita menuju lokasi ECO2. Perjalan dengan bis ini ditempuh sekitar 15 menit saja, sampai ke lokasi. Namun ternyata kita tidak bisa langsung ke lokasi, karena harus jalan kaki lagi. Dengan menggeret tasi lagi sekitar 15 menit kita sampai di lokasi pukul 11.40.  Sampai di lokasi pak Ifron langsung membuka laptop mempersiapn paparannya, akud an bu yayuk menunggui, sedangkan Pak Ganjar langsung bergabung di konfrensi.
Acara ternyata berlangsung sampai malam hari. Setelah makan malam selesai sekitar pukul 19.00 kami menuju hotel Inn Otani Yokohama. Sayangnya Pak Ifron yang kami buntuti  ini juga tidak tahu lokasi hotelnya  alamaaakkk..... kita jalan lagi sambil menggeret koper sambil bertanya-tanya dimana lokasi hotel ini. Cukup jauh juga kita jalan, rasanya kaki sudah kemeng, jari kaki sudah kram... untungnya sepatu dan roda tas semua masih kuat menemani jalan. Akhirnya setelah menempuh perjalanan sambil mengegere tas kesana kemari,  naik turun eskalator, naik turun lift, akhirnya pukul 21.10 tiba di hotel Inn Otani. Kelelahan sedikit terobati begitu melihat pemandangan dari jendela kaca dari lantai 15. Yokohama yang berada di tengah laut, nampak indah denga lampu beraneka warna. Jam raksasa dari roda raksasa tampak indah dengan cahayanya yang luar biasa....

22 Oktober
Acara tanggal 22 ini adalah acaranya pak Ifron di Citynet, walaupun namaku, nama bu yayuk dan Pak ganjar ada di daftar delegasi Surabaya, tapi kami hanya mengikuti sampai pukul 10.00 saja setelah itu acara dilanjutkan oleh Pak Ifron.  Kami kembali  ke hotel namun sebelumnya belanja beberapa souvenir untuk teman-teman kantor... tapi astaganagaaaa..... harganya lamaaaakkk.... luar biasa mahal... akhirnya aku hanya membelika gantungan kunci dan dompet untuk teman teman kantor, sedangkan Pak Gafar dan Pak Chalid dasi yang lumayan kereeeennn.....

23 Oktober
 Pukul 05.30 kami menuju stasiun Bis untuk berangkat ke Bandara Narita-Tokyo. Nah, kali ini kita tidak menggeret tas lagi karena kita naik taksi. Ini adalah naik taksi yang kedua kalinya setelah semalam ngantarkan Pak Ifron cari oleh-oleh.... hebatnya taksi semalam itu adalah taksi yang ke empat kalinya kita minta-i tolong untuk ngantar ke lokasi souvenir yang dimaksud Pak Ifron. Taksi pertama tidak tahu lokasinya walaupun sudah disodori tulsian alamat di kertas, taksi kedua lagi makan tidak mau ngantar, taksi ketiga lagi nunggu penumpang, maka taksi yang keempat baru bisa memgantarkan. Tapi aku heran, lho kok kami dikembalikan lagi ke hotel sama supir taksnya? Eh, ternyata lokasi yang dicari Pak Ifron itu berada di lokasi hotel kami nginap... yaaaa alamaakkk   nggrubyyyaaaaakkk .....!  Tahu begini ngapain naik taksi...
Sampai di Narita, lagi-lagi bu Yayuk diperiksa oleh petugas bandara, karena tasnya dicurgai berisi barang terlarang. Pemeriksaan ini sampai dua kali dilakukan, dibongkar dan di keluarkan semua isi barang bawaannya. Ternyata souvenir yang dia beli yang membuat alaram bandara berbunyi.....
Setelah menempuh perjalanan empat jam kami transit ke Hongkong dan terbang lagi pukul 15.30. sampai Surabaya sekitar pukul 19.30. Waktu di Surabaya  2 jam lebih cepat dari waktu di Jepang.
Pengalaman di Luar Negeri ini membuatku harus belajar lagi bahasa Inggris, ini adalah salah satu obat untuk mengurangi stressku.... siapa yang mau jadi partener untuk belajar bahasa Inggris?