Kemarin, bersama Timut aku ngunjungi rumah di bawah bukit. AKu senang banget, dan sujud syukur nggak nyangka bisa juga punya rumah sendiri. Walaupun awalnya Timut marah karena nggak setuju (aku belinya nggak ngomong ke Timut....), tapi akhirnya karena rasa cintanya padaku demikian luar biasa akhirnya toh Timut luluh juga ketika aku bilang 'AKU INGIN MENIKMATI HARI-HARI BERSAMA TIMUT, HANYA BERSAMA TIMUT DI RUMAH ITU....
Kini rumah itu menjadi rumah impian, terasa memanggil manggilku untuk aku singgahi.
Sore kamarin pertama kali aku membersihkan rumah itu, sudah aku belikan cat warna ungu jingga. Rumah ini menjadikan rumah impian yang terwujud. Karena betul-betul di bawah bukit dan gunung Arjuno. Sebenarnya di balik bukit itu, terhampar tanah kebun yang baru saja dibeli Timut dengan luas hampir 600 meter. Aku ingin menambahkan 150 meter lagi karena tinggal satu petak yang tersisa. Ku pikir nanggung, mending dibeli saja untuk tambahan inves bagi ridho dan ian, anakanakku yang luar biasa. Saat ini tanah itu baru saja aku tanami nangka satu pohon, duren 2, duku 2, kelengkeng 3, rambutan 2.
Lokasi tanah kebun ini betul-betul asli tanah desa, dengan berpetak-petak sawah yang ditanami padi juga banyak pohon bambu, nangka, jagung dan umbi-umbian. Petak-petak kebunku pun ditanamai penduduk kacang tanah. Kami mengijinkan mereka menanaminya karena selain agar semakin gembur juga agar ada yang merawat kebun itu.