Rabu, Juli 04, 2012

Alarm Tubuh...

Berkali-kali alarm tubuh ini sudah menyemprit... kadang dia menyemprit dan berontak dengan suhu tinggi, kadang dengan  tubuh lemas, pusing.... tapi entah kenapa antara badan dan jiwa tidak bisa kompromi.... Jiwa tidak percaya dengan tubuh. Padahal tubuh ini kontrak di jiwa... kalau tubuh sudah agak turun mesin, maka seharusnya jiwa paham... dan Jiwaku termasuk bandel dan tidak peduli. Selalu berpirinsip, mending duit ke dokter dibuat bersenang-senang, dibuat beli ice cream, dibuat jalan-jalan, beli tas... heheee...

sekitar 3 tahun lalu, dokter udah ngasih tahu kalau ada kiste di perut sebelah kiri. Itu pun aku periksa ketika sepulang dari Riau, tiba-tiba kencingku berdarah selama tiga hari. Dokter kenalan yang biasa tempatku konsultasi menyarankan tes di dokter kandungan. Setelah ke dokter kandungan, dia menyarankan ke dokter Urologi, dari tes urologi tidak diketahui penyakitnya... disuruh USG. Dari sini diketahui ada kiste sekitar 2,5 cm yang agak sakit bila ditekan. Tidak ada tindakan apapun dari dokter, karena memang masih 2,5 cm kecuali kalau sudah lebih dari 5 cm baru dilakukan tindakan medis.

Hari-hari aku lewati dengan "melupakan" sang kiste... walaupun kadang dia "menyapaku" dengan sengkringan dan rasa tidak enak di perut. Hari terus berputar, aku semakin sibuk dengan kerja yang sebenarnya membosankan, tapi mengingat gaji yang lumayan aku jadi semangat lagi. Beberapa kali di kantor  sering pusing menyerang, telapak kaki terasa sakit dibuat jalan. Untung hasil lab masih menunjukkan semua masih dalam batas normal, mulai kolesterol, asam urat, gula, urine dan darah lengkap semua masih wajar. Cuma satu tensi yang agak naik. Suamiku bilang, melihat pola makanku, aku tidak mungkin memiliki tensi tinggi, malah cnderung rendah begitu katanya. (memang dulu sering diukur dengan tensi digital, tensiku selalu rendah... makanya dia tidak percaya).

Aku tetap menjalani hari-hariku seperti biasa, tetap puasa senin-kamis, bahkan puasa  kadang sampai seminggu-dua minggu hingga tamuku datang. Malam sepulang dari kerja, meluncur ke kampus untuk ngajar sampai jam 20.00. Mengajar hanya seminggu sekali, namun jika ada jadwal nguji bisa seminggu dua kali hingga pukul 20.00. Aku menikmati hari-hariku ini. Bahkan tidak merasakan alarm tubuh ketika aku mulai tidak bisa tidur. Tak jarang tidur baru dimulai pukul 01.00 dan bangun pukul 03.00. Setelah sholat, langsung ke dapur masak buat orang rumah dan orang-orang di jalan. Setiap pagi aku buat nasi bungkus  5-9 untuk dibagikan di sepanjang jalan menuju kantor. Nasi bungkus ini untuk tukang becak, pemulung, atau penyapu jalan yang aku temui di jalan. Aktivitas ini sudah aku lakukan hampir dua tahun. Dan jika ramadhan tiba aku juga masak buat anak-anak masjid untuk sahur mereka, ada sekitar 10-15 orang yang sahur di masjid. Mereka adalah orang2 yang itikaf di masjid sampai ramadhan selesai. Jadi jadwal masakku ketika ramadahn setelah pulang kantor, sekitar Jam 16.00 aku masak buat buka orang rumah, dan disambung pukul 20.00 buat anak-anak massjid karena mereka akan ambil sekitar pukul 23.00. Setelah itu nyambung masak lagi buat anak-anak yang kos di rumah dan keluarga. Pukul 03.00 aku keliling membangunkan anak-anak kos untuk sahur.  Capek memang, tapi aku senang. Dulu ketika aku kos, aku merasakan sulitnya cari makanan buat sahur, dan aku tidak ingin anak-anak yang kos di rumah dan itikaf di masjid  mengalami hal yang sama. Karena itu sejak tahunn 2000-an aku sudah membuat sahur bersama ini.

Alarm tubuh sekali lagi tidak aku pedulikan. Beberapa kali typhus dan batuk yang tak kunjung sembuh sering menyerang. Tapi seperti biasa, aku mengabaikan semua itu. Aku bilang aku harus lawan penyakit ini dengan semangat.

Hingga kemudian, ketika aku harus tes kesehatan karena berkaitan dengan keberangkatanku ke tanah suci tahun ini. Ketika cek jantung, dokter mengatakan ada sedikit masalah dengan jantungku. Dan tensiku cukup tinggi 160/90. Karena itu  dia merekomendasikan aku untuk treatmill agar diketahui lebih lanjut dan untuk menunjang diagnosanya.

Aku sadar, alram tubuh sudah menyemprit dengan keras kali ini, bahkan sangat keras bunyinya.... maka mau tidak mau aku harus menurutinya untuk meminum obatnya. Tapi tadi pagi ketika di kantor, kepala tiba-tiba terasa pusing, tubuh seakan melayang.... dadaku terasa sesak buat bernafas. Dengan diantar Timut, setelah aku menelpon untuk menjemputku di kantor, aku menuju ke dokter, dan  dokter mengatakan tensiku 160/100... Kali ini aku betul-betul harus patuh pada dokter, kalau aku tidak ingin ambruk, dan badanku protes... "sabar ya badan ya... sabar sebentar..."

Diam-diam aku menanngis.... ya Allah bisikku, ampuni aku izinkan aku jangan sakit dulu, izinkan aku mengunjungi Ka'bahmu, mengunjungi rumah-Mu.... jangan kau tolak aku untuk pergi ke rumah-Mu bersimpuh di padang Arofah-Mu.. tangisku..



Izinkan aku ya Allah.... beri kesempatan sebelum waktuku tiba, untuk berkunjung ke Baitullah-Mu...

Jika aku harus mati ya Allah, matikan aku dengan cara terindah-Mu, ijinkan aku mati setelah sholat bersimpuh dan sujud kepada-Mu dan setelah itu izinkan aku mati dipelukan suamiku.... jangan aku menjadi beban suami dan orang-orang lain atas sakitku ini... ampuni aku ya Allah... ampuni atas kesombonganku, keangkuhanku, ke-riya'anku...Jiwaku menangis dengan amat keras...