Senin, November 24, 2008

Nainai Dhodhori part 2

"Kau lihat yang aku pegang ini" Moress menunjukkan akar yang sudah mengering mirip ranting pohon . Nai menggeleng. "Ini adalah andropogon, yang dengan menciumnya, kau akan merasakan hangat di dadamu, kemudian paru-parumu akan bermetamorfosis sehingga kau bisa bernafas di air".
"Aku tak mengerti" Nai mengerutkan alisnya. Dengan ragu Nai mendekatkan hidungnya ke andropogon. Semerbak harum mengaliri hidungnya. Nainai Dhodhori merasakan udara hangat mengalir pada setiap pori-porinya dan rasa hangat itu semakin kuat di rongga dadanya.
"Nak, engkau adalah salah seorang manusia yang bukan manusia, darahmu yang tampak merah itu jika kau perhatikan sesungguhnya bukan merah tapi merah gelap, mirip warna hijau pekat. Karena itulah Andropogon ini hanya bisa dipakai oleh manusia yang bukan manusia." Moress masih menyodorkan Andropogon ke hidung Nainai Dhodhori. Nai mencium aromanya, wangi, dan dadanya terasa sangat lapang.

"O ya, engakau masih membawa pesan itu?" tanya Moress
"ya ada di saku bajuku"
"Bacalah yang keras untukku"
Nainai Dhodhori merogoh saku bajunya yang basah dan mengambil secarik kain hijau lumut. Dan membuka gulungannya. Tampaklah huruf yang sungguh aneh berwarna putih, merah dan biru. Sebetulnya huruf yang tergambar di sana bukan huruf biasa, tapi entah mengapa Nai bisa membaca dan mengerti maksudnya.

"Itu adalah huruf rune ditulis dengan alfaber Futhark. Tidak semua bisa membacanya" jelas Mores. seakan mengerti apa yang dipikirkan Nainai Dhodhori.
"Mengapa aku bisa mengerti artinya?" tanya Nai
"karena kau bukan manusia yang bukan manusia, darahmu tidak berwarna merah".
"
Bacalah dengan keras" pinta Moress


Untuk Manusia yang Bukan Manusia, Nainai Dhodhori...
Hari ini, ketika hujan turun dengan lebat,
pergilah ke arah Utara, dimana sebatang pohon Kenanga tumbuh.
Tunggulah sampai petir menyambar pohon itu, dan masuklah ke dalamnya.
Kemudian temuilah Moress ... mintalah penjelasan padanya

Penjaga - Astero

"
Aku masih tidak mengerti" kata Nai
"Anakku, aku sudah tua, tenagaku sudah tidak sekuat dulu, sedangkan kekuatan yang tak terlihat sudah mulai menyusun strategi untuk menguasai dunia". Engkau adalah salah satu keturunan dari Ea, pergilah dan selesaikan tugasmu.. kelak....." CTASSS, seleret cahaya merah tiba-tiba menyambar langit-langit. Secepat kilat tangan Moress memancarkan cahaya hijau perak yang memancar dari kukunya yang tajam, dan membentuk kubah raksasa yang melindungi Nainai Dhodhori dan dirinya dari kilatan cahaya merah.
"Cepat ke sini" teriak Moress. Nainai Dhodhori berlari dan menceburkan dirinya di belakang punggung Oaness. "PEGANG TANGANKU, CEPAT". BLAAP cahaya hijau dari kuku Moress padam, dan secepat itu pula, Moress menyelam ke dalam air. Nainai Dhodhori memegang tangan Mores sangat erat, karena tangan itu demikian licin dan berlumut. Jari-jari Mores masih menggenggam andropogon. Moress menyelam secepat kilat dan semakin dalam. Mata Nainai Dhodhori terasa pedih tapi itu hanya sesaat, karena tak lama dia sudah beradaptasi dengan lingkungannya, termasuk pernafasannya. Disekitar mereka banyak aneka binatang laut, yang bahkan belum pernah dilihat oleh Nai. Binatang laut yang beraneka warna ini seakan memberi jalan bagi mereka. Bahkan seekor belut raksasa berduri mengawal mereka dari belakang. Mereka terus menyelam, kadang menikung ke dalam jurang dan naik lagi melewati tumbuhan laut dan karang-karang laut. Tumbuhan laut ini mirip hutan sangat lebat dan gelap, kadang ada batu yang sangat besar dan menjulang mirip gunung. Namun Moress terus berenang andropogon yang digenggamnya memancarkan cahaya terang dan wanginya semakin merebak. Dari pantulan cahaya andropogon inilah, Nainai melihat berberapa sea dragon, yang berbaris berjajar mirip batu karang menjulang. Tubuhnya hitam berkilat dengan mata merah dan satu tanduk diantara matanya. Mereka seakan barisan brikade yang memberi hormat pada pemimpinnya. Oaness menyelam semakin dalam, cahaya andropogon membelah laut yang semakin gelap. Sea dragon yang berjajar sudah menghilang di belakang mereka. Kali ini hanya tampak kegelapan disekitar mereka. Dari jauh Nainai melihat ribuan cahaya, mirip kunang-kunang. Dan ketika mereka sampai pada cahaya itu, Nainai melihat dengan takjub, ternyata ribuan binatang yang mirip ubur-ubur dan memancarkan cahaya dari cangkangnya yang lunak. Mereka mirip jamur yang bercahaya, berpendar biru dan kuning. Di depan mereka tampak gunung yang sangat tinggi. Oaness memperlambat gerakannya dan kemudian mengitari gunung itu sampai menuju ke puncaknya. Dengan ekornya Moress berdiri pada hamparan batu putih. Puncak gunung ini sangat luas dan seluruh batuannya mirip karang yang berwarna putih. Pada pintu masuk yang mirip gua, berdiri ubur-ubur raksasa berwarna biru keperakan. Tentakelnya yang besar dan panjang berjumlah hampir satu lusin memegang tombak. matanya kuning dan tidak memiliki bibir. Di atas pintu masuk itu berderet tulisan rune dengan huruf alfaber futhrak.
"Apak kabar Brittlestar?" sapa Moress "Kenalkan ini Nainai Dhodhori manusia yang bukan manusia.
Nainai mengangguk memberi salam. Diikuti gerakkan Brittlestar dengan menggerakan cangkangnya.

(dilarang mencuplik, menerbitkan atau memperbanyak tanpa izin penulis: Sri Puri Surjandari)