Setiap pagi, sebelum berangkat sekolah selalu ada pertanyaan dari anakku ini. Pertanyaannya tidak berubah dan bikin gemes saja... "Ma, dimana sabukku?", atau kalau ga " Ma tumon kacamataku ga?". "Ma kaos kakiku, sepatuku, sempakku...?" ... Aduh, padahal setiap malam sudah diingatkan, untuk nyiapkan semua keperluan sekolahnya untuk besok pagi. Tapi saran ini hanya dilakukan sehari-dua hari saja selebihnya... "Ma, mana .........."
Tadi pagi, ketika saya masih di kamar mandi, anakku ini ketuk-ketuk pintu kamar mandi,
"Ma..ma.. buku fisikaku di mana?" Ya ampuun... dengan hanya berbalutkan handuk, saya keluar.
"Emang ditaruh mana?"
"ya di tas ma, tapi ga ada.. padahal ada PR"
"Masyaallah... kamu bilang semalam ga ada PR, gimana to? "
"Iya lupa ma.." katanya dengan wajah yang tanpa dosa. Pipinya yang tembem, dan badannya yang gemuk, buat aku ga tega marahi dia.
"Yo wis, dicari dulu..."
"Tapi ini sudah jam setengah enam ma, sebentar lagi dijemput Om Helmi" sungutnya
"Terus piye..? coba mama kasih solusimu..?"
"Yo wis, nanti dikerjakan di sekolah saja"
"Lho nyontek temanmu? Ada berapa soal?"
" Ada 25 soal ma, ga aku ga mau nyontek, ada waktu kok ngerjakannya... " sungutnya
" yo wis, tapi kamu kudu siap kalo dapat hukuman dari gurumu lho ya... jangan gondok kalo di marahi guru... "
"Iya ya ma... ma..." AKu cowel pipinya. "Sini dibisiki mama dulu" Lalu dia sodorkan kupingnya ke bibirku. Seperti biasanya aku bisikan surat al-fatekha dan al Iklash ke kuping kanan kirinya.
"Nah, sudah... sekarang kamu berdoa, biar PR-mu nanti aman"
Ian, anakku ini lantas bibirnya umak-umik sambil merem.
"Sudah ma... aku ke depan nunggu Om Helmi" Pamintnya sambil cium tangan dan pipiku.
Anakku ini umurnya 12 tahun, kelas 1 smp di SMPN 3. Walaupun di SD beberapa kali ikut lomba dan menjuarai olympiade IPA, Murid teladan, dan beberapa penghargaan lainnya, tapi saya masih tidak sampai hati untuk melepaskannya sendiri. Bahkan tidurpun masih saya keloni. Padahal dia punya kamar sendiri... Mas-nya yang sekarang di UI, bahkan jengkel dengan saya juga mangkel dengan adikknya.
"Ma, mama harus belajar marahi Ian... masak tiap pagi tanya mulai dari kaos kaki sampai baju sekolah..." Saya diam saja. Saya tau kalo saya memang salah. "Dia juga harus belajar masak mi sendiri, nggoreng telur sendiri... kok mesti mama terus yang buatkan..."
Kenapa saya ga sampai hati dengan anakku ini? Caranya memohon ini lhoo... contohnya begini, dia pasti mulainya dari mijeti punggung atau kaki saya. "Ma, mama capek nggak? mama sayang nggak sama aku?"
"Hayoo mesti ada apa-apanya... ono opo?"
"Lapar ma...pingin nasi goreng" katanya sambil senyum-senyum. Yahlah akhirnya saya bangkit
juga ke dapur.... sedangkan sang tuan kecil ini, baca komik yang koleksinya sudah satu lemari.
Sore itu saya telepon dari kantor, dan bertanya tentang PR fisikanya.
"Asyikk ma... ga jadi diperiksa, aku dilantik jadi pengurus OSIS, jadi PR aku kumpulkan minggu depan saja..."
"Wah selamat ya, dilantik jadi apaan?"
"Pokoknya pengurus OSIS..."
"Pengurus OSIS kok tidur sama mama, minta kelon lagi..."
"Mama yang pingin tidur sama aku, bukan aku yang pingin tidur sama mama..." Serunya.
..................