Bulan Desember ini, disepakati bersama bahwa kita akan pulang 19.00 setiap hari. Begitulah kesimpulan hasil rapat . Ini berarti setiap hari senin sampai kamis pulang jam 19.00. Hari Jumat pulang jam 18.00 dan sabtu lembur mulai pukul 09.30 sampai pukul15.00. Mengapa harus pulang jam 19.00 ? ini karena batas minimal waktu lembur adalah 3 jam setelah jam kantor usai. Karena hari senin sampai kamis jam kantor usai adalah pukul 16.00, maka setelah dihitung 3 jam sesudahnya, maka lembur harus diakhiri minimal jam 19.00. Begitupula untuk hari jumat yang berakhir pukul 15.00, maka batas lembur pukul 18.00. Khusus hari Sabtu, minimal lembur harus 4 jam.... Jadi, waktu kita nantinya akan lebih banyak di kantor. Berangkat pagi pulang malam. Berangkat ketika suami belum berangkat ke kantor, karena pukul 06.00 harus berangkat dari rumah, ini karena jadwal hands key dibatasi pukul 07.30, kalau telat satu menit saja, sudah tercatat terlambat datang. Dan pulang, sampai rumah paling cepat sekitar pukul 20.00. Kalau ada jadwal ngajar nyampe rumah bisa sekitar pukul 21.30. Ketika sampai rumah, badan udah pegel semua, Suami dan anak udah pada tidur .. Duh....
Kamis kemarin, turun dari lantai 5 udah pukul 19.10 menit, untungnya hampir semua SKPD banyak yang lembur, jadi ketika menuruni tangga (lift masih macet sudah 8 bulan) masih banyak orang. Sampai dibawah cuaca sangat tidak bersahabat, hujan mulai turun. Karena aku satu-satunya pegawai yang tidak bawa kendaraan (karena tidak punya booo...) maka naik taksi adalah alternatif yang menjadi alternatif karena tidak ada pilihan lain.
Udara dingin AC langsung menyergap tulang begitu masuk ke dalam taksi. Sementara hujan turun sangat deras, dan seperti diduga, jalan macet total karena banjir sudah menyergap lalu lintas malam itu. Akhirnya sayapun terjebak banjir di kawasan Dharmahusada. Hujan benar- benar mengguyur seperti air bah, hemm seandainya rezeki lembur juga mengguyur ..... Namun, Taksi harus berjalan terus, walaupun merambat... dan saya tetap harus di dalamnya, harus tetap melewati banjir dan kemacetan ini. Toh saya tidak bisa minta sopir taksi untuk menurunkan saya di tengah banjir dan hujan deras begini. Jadi senang atau tidak senang nikmati saja cuaca yang muram ini..
Sampai di lokasi dekat STM Pembangunan, banyak PKL yang terpaksa meminggirkan kursi dan mejanya karena mereka kuatir kendaraan akan mengirimkan hempasan air dari jalan raya ke tenda-tenda mereka. Beberapa kendaraan ada yang berhenti di dekat pedagang roti goreng dan cakue... memang kelihatannya enak banget hujan-hujan begini makan cakue goreng yang panas... pingin rasanya ikutan beli, mata jadi lapar dan perut jadi berontak. Tapi posisi taksi di tengah jalan, jadi saya cuma bisa ngiler lihat cakue goreng...
Kriinggg.... Hp saya berbunyi, dari Ian anak saya. "Ma dimana? Kok Belum pulang? Naik Apa? Bawa Apa?..."Pertanyaannya persis iklan rokok yang posessif itu. Setelah dijelaskan kalo terjebak macet dan banjir, dia paham, tapi minta dibawakan terang bulan dan martabak.
Akhirnya setelah dapat martabak dan terang bulan di sekitar jalan Manyar Jaya, saya sampai di rumah pukul 21.15...
Nelangsa juga, tidak ada sambutan di rumah ketika saya buka pintu... dan ketika melongok ke dalam kamar, Ian asyik nonton TV dan suami browsing internet.
" Kok ga ada sambutan sih..." protes saya pada Suami. Ian cuek bebek lihat TV.
" Lho kan emang hampir tiap hari pulang malam... masak mau ditanya lagi, kan jawabannya pasti lembur to? " Saut suami.
"Mama lembur terus... dibayar berapa sih Ma? Tanya Ian, kali ini dia ambil bungkusan terang bulan dari tangan Saya.
"Pasti yo banyak, wong tiap hari..." sindir suamiku sambil senyum senyum
Saya yang sudah capek... cuma bisa bilang, ya beginilah resiko punya istri kerja... sambil cium pipi Ian dan suami... ah maafin aku ya sayang...