Senin, Juni 29, 2009

TIDAK INGIN TUA

Siang itu saya bertanya kepada Pak Anas, teman se kantor yang duduknya persis di sebelah saya.
"Pak apa yang dilakukan seorang pria jika dia penasaran dengan perempuan?". Pak Anas seperti biasanya, jawaban melenceng tidak karuan, yang intinya tidak fokus pada pertanyaan. Saya sendiri yang gablek wong pak Anas kok saya tanyai sesuatu yang dimana saya butuh jawaban konkrit. Sedangkan Pak Anas menganggap saya ini orang jadul, jadi jawabannya yang sak penake dhewe.
Jadi terhadap pertanyaan saya tadi itu, dia menjawab " Ya pendekatan,kemudian....."

Kemudian saya bertanya ke Pak Hang, karena saya butuh jawaban yang bisa menjawab rasa penasaran saya, yang tentu saja jawaban itu harus masuk logika, terutama logika saya. Alasan saya bertanya ke Pak Hang, karena di memiliki istri 4 orang, jadi apakah dia menikah lebih dari satu itu karena menuntaskan rasa penasarannya terhadap kaum perempuan? Dia cuma tertawa keras...

Mengapa saya bertanya demikian? Karena diusia saya yang menjelang 45 pada 30 Juni ini, saya masih merasa tidak "aman" terhadap kaum pria iseng. Saya katakan iseng, karena mereka seperti tidak ada kerjaan selain mengejar-ngejar para perempuan, seperti layangan, apalagi para perempuan itu yang sudah berumur macam saya ini. Menjengkelkan sekaligus menjijikan. Barangkali ini memang sudah wataknya para lelaki yang suka petualang. Nanti, apabila para perempuan yang dikejar-kejar tadi sudah didapatnya, maka yang disalahkan pasti perempuannya, kenapa kok mau? enak benar para lelaki itu.... Kepada Mas Dwi saya pesan, "Mas tolong jaga saya... agar saya tidak hilang..." saya berkata demikian pada mas Dwi sebab saya tidak tahu apakah pertahanan saya akan tetap kokoh? Apakah saya akan tetap bertahan kokoh tegar menjulang jika saya bertemu dengan lelaki impian... ??

Tidak dipungkiri, ada ketakutan menghadapi pertambahan usia ini. Sesuatu yang sudah kodrati yang setiap benda apapun di dunia ini baik benda mati maupun hidup, selalu berangsur menjaditua rapuh dan mati. Begitu pula manusia, yang sebenarnya sudah bisa berhitung kapan Tuhan memberi jatah usianya. Karena itu, diam-diam saya berharap, jika Tuhan mengijinkan, lepaskanlah raga saya diusia 50 tahun, dengan kasih sayang-MU, dengan tidak merepotkan orang lain. Kenapa usia 50 yang saya minta? Karena saya harus memiliki target di hidup ini, itu berarti kurang 5 tahun lagi. Saya tidak ingin terlalu tua, menjadi tua itu berarti menempuh kodrati, menembus masa muda... dan rapuh tak berdaya. Mengerikan jika saya menjadi rapuh dan tak berdaya, dan menjadikan orang lain iba. Tapi kita juga tidak tahu apakah ada batasan manakala seseorang merasa iba dengan melecehkan? Dua-duanya juga bukan pilihan yang menyenangkan bagi seorang tua yang rapuh dan tak berdaya... sebab dikasihani menjadikan beban dan ketergantungan pada orang lain. Dilecehkan, itu berarti tidak mendapatkan perhatian.. Karena itu saya tidak ingin menjadi tua apalagi rapuh. Kalau toh saya harus menerima kodrat dan menembus masa muda dengan usia lebih dari 50 tahun, bahkan 60 tahun saya bermohon pada Tuhan.." Ya Allah, Iringi setiap langkah kakiku menuju usia yang kau gariskan dengan barokah-MU, dengan bermanfaat bagi orang lain, dengan menyenangkan orang lain..." Alangkah indahnya jika pada setiap langkah saya selalu mendapatkan sentuhan dari Allah SWT, dengan menciptakan kebeningan hati di sanubari saya.... Rasanya saya ingin hidup 1000 tahun lagi... Dan jika memungkinkan saya ingin tetap awt muda berapapun usia yang diberikan oleh Tuhan... Aduh banyak bener permintaan saya ini... Tapi kemana lagi saya akan memohon jika tidak pada Sang Pencipta?

Kamis, Juni 11, 2009

ke DEnPAsAr

Seharusnya, saya senang mendapatkan tugas dinas ke Denpasar pada tanggal 17-18 Juni minggu depan. Tugas Dinas ini berkaitan acara dari Bakohumas Jakarta, yang hampir setiap tahun menyelenggarakan pertemuan Bakohumas se Indonesia, yang dibagi 3 wilayah. Untuk Indonesia Timur, di selenggarakan di Denpasar.
Tahun lalu ketika di Mataram saya berangkat bersama bu Lis, dan di sana di jemput oleh Agus Talino, teman saya ketika kuliah di AWS. Saat ini dia menjadi orang nomor satu di salah satu media yang cukup berpengaruh di Mataram. Ketika di Mataram saya memang sengaja telepon dia karena saya belum pernah ke sana.

Minggu depan saya berangkat sendiri ke Denpasar. Mbak Halimah sudah menyiapkan semua keperluan saya mulai dari tiket pesawat PP sampai dengan penginapannya di All Seasons Hotel. Pinginnya sih Timut nemani aku di sana, kalau bersama Timut, aku pingin sampai hari Sabtu di sana, sekalian jalan-jalan berdua saja sama dia. Tapi kayaknya Timut repot, dia tidak bisa nemani cuma bisa ngantar dan jemput di Juanda saja. Oleh karena itu, perjalanan dinas ini agak memberatkan bagiku. Walaupun saya sering melakukan perjalanan dinas, tapi baru pertama kali ini saya berangkat sendiri. Memang di Denpasar saya punya beberapa sahabat, tapi rasanya lebih senang kalau sama Timut, pingin juga dia saya ajak acara Bakohumas itu.... Jadinya, saya bilang sama Mbak Halimah, saya minta dicarikan tiket pulang pukul 17.00 saja, sebab kalau mengikuti acara sampai selesai bisa sampai hari Jumat.

Teman saya bilang, di Denpasar sana pasti banyak kok ya mau nemani sampeyan... ahhh... aku cuma mau sama Timut ae..

Subuh jam 05.00, saya sudah siap, dan kulihat Timut juga sudah siap menunggu jemputan Pak Iis untuk berangkat ke bandara.
Sampai di Bandara, hari masih pagi benar, sekitar pukul 05.30, sedangkan penerbangan sekitar pukul 06.30, dan check in dibuka pukul 05.45.
Aku masuk ke bandara penerbangan international arena untuk Garuda memang tidak masuk di penerbangan domestik. Saat itulah aku lihat Timut, mengeluarkan tiketnya, dan kulihat ternyata dia ikut nemani aku ke Denpasar....

Aduh... betul-betul kejutan! Aku lega dan senang di mau nemani aku ke Denpasar, tahu begini sejak kemarin aku pesan ke Mbak Halimah agar dibelikan tiket pulang hari Sabtu saja....

Malangnya KIM di Malang

KIM atau singkatan dari Kelompok Informasi Masyarakat pada tanggal 20 Mei - 3 Juni lalu melakukan kumpul akbar se Jawa Timur di GOR Ken Arok Kedung kandang Malang.

GOR yang tampaknya luas itu, begitu sempit karena dijejali manusia dan peserta KIM se Jawa Timur yang tumplek blek mengikuti pameran. Aneka rupa, aneka jenis, aneka benda, aneka produk, aneka makanan semua dipamerkan. Namanya saja ajang pesta pamer untuk rakyat, maka tentu saja pengunjungnya juga ramai apalagi kalau malam hari persis pasar malam.

Lokasi stand yang disediakan panitia, yang pada awalnya disebutkan indoor, tiba-tiba saja menjadi out door. Ternyata yang menurut panitia in door itu selama masih berada di GOR-nya. Lha ini, memang di GOR, tapi di emperannya, di terasnya GOR, bukan di dalam GOR-nya, yang di dalam GOR khusus bagi provider, dan pameran IT. Alamak! jadinya walaupun ngedumel terpaksa bagaimana lagi, dengan hati dongkol terpaksa menggelar stand yang telah disediakan panitia.


Surabaya juga menjadi salah satu peserta yang ikut berhiruk pikuk di sana. Dengan mengajak KIM Tambos dengan produknya sepatu dan KIM Ocean (Dahlia) dengan handycraftnya, menggelar pameran pada ukuran stand 3x9 m2. Namanya saja orang Surabaya, selalu bergaya dan pingin tampil beda... makanya standnya juga yang paling lebar dan besar, walaupun cuma di emperan, tapi Surabaya berusaha mendesain stand dengan gaya, dengan ornamen bambu hitam.

Pada pameran itu sepatu dan sandal KIM Tambos laris manis, dengan harga yang dibrandol antara Rp 10.000 - Rp 20.000,- tak pelak, hanya dua hari saja sandal sandal itu sudah ludes des des... KIM Ocean juga setali tiga uang. Karena barangnya unik dan semua dari daur ulang, mereka juga mendapatkan pesanan 500 celengan pasir dan mengajar pembuatan handycraft di beberapa SD di Kota Malang. Yang paling heboh, ketika Dinas Kominfo Prop Jawa Timur sekaligus panitia penyelenggara membutuhkan souvenir, maka beberapa handycraft dari Stand Surabaya di borong mereka.

Pekan KIM ini dibuka oleh Menteri Kominfo dengan didampingi Gubernur Jawa Timur dan Walikota Malang. Pada awal acara dibuka pertunjukan rakyat dari beberap daerah diantaranya dari papua. Dan pada Pekan KIM inilah, teman-teman dari Jimerto melakukan eksperimen dengan menjadi reporter layaknya reporter di televisi. Dengan percaya diri Tiwi dan Mul melakukan reportase lapangan, yang hasilnya bisa dilihat di www.display.surabaya.go.id

Sayang, panitia tidak mengantisipasi keadaan cuaca. Lokasi stand yang setengah outdoor, tidak bisa menahan derasnya hujan dan kencangnya angin. Akibatnya bisa diduga, beberapa stand basah dan akibatnya barang-barang mereka terpaksa diungsikan dan ditutupi seadanya dengan kain, kayu, plastik dsb. Yang semuanya itu masih belum bisa menyelamatkan produk mereka. Alhasil, panitia pun diprotes para peserta...

Tentu saja panitia menjawab kejadian tersebut di luar perkiraan. menurutnya, cuaca yang tidak bersahabat bukan tanggung jawab mereka.
Ya sudahlah, bagaimana lagi, yang penting dagangan KIM Surabaya laris manis.