Minggu-minggu ini air mata tertahan di pelupuk mata. Aku ingin menangis, bahkan menjerit agar beban penyesalan sedikit berkurang. Tapi aku tidak yakin, jika seandainya aku bisa mencucurkan air mata atau menjerit sampai tenggorokaanku kering, rasa sesal itu akan hilang. Tidak aku katakan tidak... bahkan sampai kapanpun akan melekat erat di ingatan dan hati. Aku telah melakukan hal yang sangat bodoh, naif dan sangat tidak elegan. Yang ingin aku lakukan hanyalah mengunci kamar, tidur, dan krukupan selimut. Rasanya tidak ingin ketemu siapapun, bahkan untuk telepon pun aku malas mengangkatnya.
Tapi sungguh Tuhan Maha Agung, Dia yang menciptakan hati manusia dari segumpal darah, masih menyisakan rasa sesal yang mengaliri seluruh urat nadiku. Paling tidak urat sesal dan nadi malu masih belum terputus, dan mengalir deras dalam darahku. Seandainya Tuhan memutus salah satunya, aku pasti tidak memiliki rasa malu maupun rasa sesal. Itulah salah satu alasanku akhir-akhir ini berusaha rajin sholat tahajjud, bersimpuh memohon ampunan dan kekuatan hati, agar hati yang kelam dan menjijikan ini dapat dicuci-Nya... yak aku katakan jijik, karena hati dan pikiranku senantiasa menjijikan, sehingga terkadang kepala ini menggerakkan hati atau hati yang menggerakkan kepala untuk berbuat hal yang menjijikan. Dan agar Tuhan masih berkenan melekatkan dengan erat urat malu-ku dan sesa-lku, sampai Dia akhirnya berkenan untuk memutuskan kontrak roh dari jasadku.
Tuhan ampuni aku... apakah sisa usiaku ini masih cukup untuk bersujud memohon ampunan-Mu? ... permohonanku pada-Mu ya Rabbi, berikanlah berkah, kesehatan dan usia panjang yang bermanfaat untuk suamiku Mas Dwi, terlalu banyak luka dan kecewa yang aku buat untuknya, rasa cintanya yang demikian besar telah menutupi rasa kecewanya padaku, dan itupun tidak aku imbangi dengan kasih sayangku padanya. Maka izinkanlah aku bersimpuh kepada-Mu, muliakanlah suamiku ini, selama ini dia telah bersikap seperti malaikat, hidupnya hanya untuk menyenangkan orang lain... Izinkanlah aku bersujud pada-Mu, memohon dengan sepenuh jiwa-ku, berikan usia yang panjang dan bermanfaat yang membuatnya bahagia, melebihi usiaku... bahkan jika seandainya dia akan menikah lagi, berikan padaku rasa iklash untuk merestuinya...