Sebenarnya ada rasa tidak enak di hati, ketika saya menuliskan nama-nama di secarik kertas untuk dimintakan doa kepada anak-anak yatim asuhan Pak Yono. Nama-nama itu mulai dari almarhum Ibu, Bapak, adik serta nama-nama seluruh keluarga besar kami. Rasa tidak enak itu muncul, karena sepertinya saya kok berdagang dengan para anak Yatim yang dikasihi oleh Allah SWT ini. Berdagang yang saya maksud adalah, kami mengundang mereka, dengan niatan syukuran atas kesembuhan sakit kakak perempuan saya yang sempat dirawat hampir 2 minggu di RS Husada Utama dan sempat mengalami tidak sadar beberapa jam sebelum dirawat di rumah sakit tersebut. Tapi mengundang mereka juga diiringi dengan harapan bantuan doa dari anak-anak yang disebutkan namanya di beberapa ayat Al-Qur'an, dan yang lebih implisit dijelaskan di surat Al Ma'un itu. Inilah yang saya maksud degan berdagang. Memberi kepada anak yatim tapi meminta imbalan doa. Saya tidak melihat keiklashan di sana, saya memberi tapi pamrih. Sungguh saat itu saya tidak memakai rasa malu yang diberikan oleh ALLAH. Saya meminta banyak pada anak-anak yang harusnya dilindungi ini namun memberi hanya sekedarnya.
Rasa tidak enak itu semakin menyeruak, ketika Ustaz Yono pimpinan pondok anak-anak yatim ini membacakan doa bersama-sama anak asuhannya, dalam hati saya juga berdoa, agar ALLAH melimpahkan rahmat kepada Pak Yono dan anak-anak Yatim ini, memberikan kehidupan yang mulia pada mereka serta kehidupan yang indah dan bermanfaat. Serta permohonan maaf kepada mereka karena saya telah berdagang dan membeli doa mereka...
Acara mengundang anak yatim ini, muncul secara tiba-tiba sebagai rasa syukur atas kesembuhan kakak saya. Memang ketika dikabari kakak perempuan saya sakit, kami adik-adiknya cukup cemas, karena kondisi kakak saya ini memang beberapa kali keluar masuk rumah sakit. Walaupun profesinya adalah seorang dokter di Tulungagung tapi ternyata dia juga kurang begitu disiplin terhadap dirinya sendiri.
Ketika sore itu suaminya menghubungi saya dan mengabarkan kondisi kakak saya kritis, dan koma dia meminta saya untuk segera ke Tulungagung agar bisa mendampingi kakak saya ini. Setengah jam kemudian dia telepon kembali dan mengabarkan saya tidak perlu ke Tulungagung karena oleh koleganya akan dikirim ke RS Husada Utama Surabaya.
Bayangan saya kondisi kakak perempuan saya pasti mengkhawatirkan. Maka saya yang seyogyanya akan melakukan perjalanan dinas ke Denpasar selama 3 hari, terpaksa saya batalkan. Dan saya menghubungi kakak perempuan saya yang satunya untuk membicarakan apa yang harus kita lakukan.
"Kita coba minta doa anak Yatim Pur" saran kakakku ini. Aku menyetujuinya, karena dalam hati saya juga percaya doa anak Yatim sungguh akan mampu menjebolkan langit. Anak Yatim adalah salah satu dari makhluk Tuhan yang dikasihi oleh ALLAH SWT, karena Tuhan senantiasa ada pada diri mereka.
"Setelah itu kita ke masjid Masyitoh mbak, mintakan doa sekalian kepada Ustaznya" saranku.
"Kamu Bawa uang berapa" tanya kakakku
"Ada kok nanti kita beri yayasan anak yatimnya juga infak ke masjid Masyitoh " kataku.
Dalam hati saya mulai merasakan "aroma" dagang jual beli doa ini. Duh Gusti, mohon ampunan-MU, tidak ada satupun yang tahu apa yang ada di dalam hati ini, kecuali ENGKAU wahai ZAT Yang Maha Agung...
Setelah kami mengunjungi dan meminta bantuan doa itu, saya menelpon suami kakak saya yang sakit ini. "Mbak Nuk, sudah sadar dik..." katanya ketika saya menanyakan perkembangan kondisi kakak saya.
"Alhamdulillah..." merinding saya, betapa ALLAH telah melakukan hal di luar nalar kami, entah ini bonus dari ALLAH karena doa anak yatim dan jamaah masjid Masyitoh. Padahal menurut ipar saya ini, lima dokter spesialis(anastesi, penyakit dalam, jantung, syaraf dan paru) sepertinya sudah tidak tahu lagi akan berbuat bagaimana terhadap kakak saya. Hal ini dikarenakan kondisi kakak saya yang drop dan tak sadar. Begitu sadar, dokter Laksmi sahabat kakak saya langsung merujuk sekaligus menemaninya ke RS Husada Utama. Saya semakin terharu, karena dokter Laksmi menyempaatkan diri menginap di Surabaya hanya untuk memantau dan mengkonsulkan penyakit kakak saya ke koleganya.
Karena itu, kemarin kami menggelar doa dan sholat jamaah dengan mengundang anak-anak yatim. Ketika saya bertanya kenapa tidak kami saja yang datang ke lokasi anak-anak ini? Pak Yono pemimpin anak-anak yatim di Kletek ini bilang, sebaiknya dia dan anak-anak yatim yang berjumlah 40 orang ini yang datang ke rumah untuk sholat jamaah dan doa bersama.
AKhirnya maghrib kemarin, melantunlah doa-doa dari Pak Yono yang diikuti dengan suara bening anak-anak yatim. Suara itu sungguh membuat sembilu di hati saya... kebeningan tatapan dan kejernihan suara mereka merontokkan air mata saya. Ketulusan dan keiklsahan mereka membuat saya tidak mampu berkata-kata, sungguh tidak sebanding dengan bingkisan dan uang yang mereka bawa pulang.
"Ya ALLAH, berikan kemulyaan pada anak-anak yatim ini, jadikan mereka orang-orang yang berhati mulya, orang-orang yang mandiri dan orang-orang mendapatkan limpahan rezeki-MU..." doa saya ini saya ucapkan disela-sela bacaan doa dari ustaz Yono, dan ketika anak-anak mengaimini apa yang dibacakan oleh Ustaz mereka, sayapun berharap para malaikat juga mengamini doa saya ini.