Senin, Maret 29, 2010

Yang muncul di Stasiun Tugu



Malam itu, suasana Stasiun Tugu Jogjakarta demikian sepi. Jarum jam menunjukkan pukul 23.30. Aku baru saja menghadiri perkawinan kerabat di Gedung UGM Bulak Sumur. Pesta perkawinan yang demikian meriah, kerabat dari Jakarta, Surabaya, Solo, Kelaten tumplek blek jadi satu di gedung yang cukup luas ini. Malam ini aku akan langsung balik ke Surabaya dengan kereta api Bima. Jadwalnya sih sekitar pukul 00.30, tapi menurut informasi petugas kereta api sedikit terlambat sekitar tiga puluh menit. Ini berarti sekitar pukul 01.00 kereta baru datang dan kemudian berangkat dari stasiun Tugu.

Jarum jam merambat mendekati pukul 24.00. Alangkah sepinya. Beberapa orang selonjor di kursi. Begitupula ibu mertuaku yang sudah terlelap di kursi panjang. Timut dan Ian entah kemana, tadi pamitnya ke kamar kecil.
Dinginnya malam dan sepinya Stasiun Tugu membuatku berkhayal dan berpikir. Siapa ya, nantinya yang tiba-tiba muncul di depan hidungku.... ehmm Seandainya ada sesuatu yang tiba-tiba datang.... paling tidak ada yang bisa diajak ngoborol di tengah malam ini.

Setelah aku berpikir demikian, aku clingak clinguk, toleh kanan-kiri... tapi suasana tetap sepi dan hening seakan ditelan malamnya Stasiun Tugu Jogjakarta. Menjelang pukul 24.00 kurang dua menit, YA ALLAH aku kaget, tiba-tiba muncul sosok yang sungguh tidak asing bagi aku. Seorang pria langsing, berjaket hitam, bercelana jeans, bersepatu sportputih , dan menenteng sebuah tas kecil berjalan menuju tempat duduk khusus pijat.

Aku bangkit dan berjalan menuju ke arahnya.
"Selamat malam pak sek.."
"Oh... sugeng dalu, sama siapa?" tanyanya sambil menyalami tanganku. "Sama suami, ibu dan anak saya. Bapak sama siapa? "
"Sendirian saja, dari Magelang, ada Pakdhe yang meninggal... Lha mana suami dan putranya?"
"Itu ibu lagi sare di kursi, suami dan anak saya lagi ke kamar kecil" Setelah sedikit bercerita tentang perjalanajanku ke Jogja, dia gantian cerita. Lucunya, kami sepertinya balapan berbicara....
Kami sama sama naik KA Bima, aku digerbong enam sedangkan Pak Sek di gerbong paling belakang.

Ah, betapa cepatnya Tuhan menjawab apa yang ada dibenakku. Sesaat tadi aku berpikir dan bertanya "Siapa ya, yang datang diheningnya malam di stasiun Tugu?" Lha kok Pak Sekertaris Daerah to yang tiba-tiba muncul, pas jam 24.00 kurang 2 menit.
Diheningnya malam wajah Pak sekda ini tampak imut, cakep serta sporty...

Sugeng dalu Pak Sekda... pamitku ketika kereta Bima sudah mau berangkat.
"Monggo-monggo... sugeng nderekaken tindak...." katanya.

MAU BUAH



Aku pingin banget makan buah, yang segar.... Mungkin karena udara yang cukup panas, tenggorokkan dan tubuh rasanya pingin disiram dengan buah. Karena itu pulang kantor aku mampir ke swalayan deket rumah. Ehmmm, aneka buah dingin menyegarkan kok tampak menggiurkan. Troli aku dorong dekat jeruk. Aku coba testernya... lumayan, gak usah beli tapi incip incip saja. Kemudian aku dorong troli dekat duku, aku ambil beberapa buah, anggur, kelengkeng... weleh weleh weleh... Akhirnya aku berhenti di buah pulm. Alamaaaakkk harganya 98 ribu sekilo. MAhal amat, amat kok mahal... ada dua jenis plum merah dan ungu. Aku tanya sama mas-mas yang sedang tugas nyemprot-nyemprot sayur.
"kalo beli sebiji boleh nggak?"
"Boleh saja, asal jangan dipotong..."jawabnya. Ah mas ini mbanyol juga. Masak pulm yang ukurannya lebih besar tomat ini mau dipotong?
"Ok deh aku ambil satu saja" kataku. Setelah itu aku ambil kiwi lima buah, buah naga dan beberapa buah pear merah, tak lupa buah semangka kesukaannya Timut.

Sebelum ke kasir, buah-buah itu ditimbang dulu. Ya ampyunn... buah plum sebiji itu harganya hampir sembilan ribu rupiah... gak apalah, yang penting aku bisa ngincipi rasa pulm ini.. yang ternyata memang segar dan kenyal.... sayangnya belum tumbuh di Indonesia, adanya di Amerkya sana.

Buah memang kegemaranku. Di meja makan minimal ada buah kates, yang harganya sebiji nggak sampai sembilan ribu. Murah meriah bergizi dan bisa untuk dimakan rame-rame...

Selasa, Maret 23, 2010

NGajAr LaGie


Selasa sore adalah jadwalku ngajar mulai pukul 18.15 sampai 19.45. Dari kantor aku langsung menuju ke kampus di kawasan Nginden Intan. Sebenarnya aku capek, pinginnya langsung bisa pulang, nonton film yang diputar indovision dan tidur.... tapi Timut selalu menyemangati aku. Katanya aku harus komitmen dengan apa yang sudah aku jalani. Aku harus tetap ngajar apapun kondisi yang aku alami, pegal, capek, apalagi malas...

Entahlah, aku rasanya sudah mulai jenuh dengan ritme ini... nanti ketika si Aris, iparku s-2 lulus, aku akan serahkan mata kuliahku padanya biar dia aja yang ngajar... aku wis kesel, belum lagi dengan bimbingan dan ujian skripsi mahasiswa.

Pagi tadi si Abu sudah SMS lagi, kalimatnya buat aku tertawa sendiri. Ehmm dia ternyata masih saja membayangkan diriku seperti 20 tahun. Aku katakan, aku wis ekspayet, pahit, racun, sudah kadaluwarsa... dia bilang sekarang engkau coba bayangkan aku. Aku katakan, kalo aku rabun jauh tidak bisa bayangkan dirinya... kalo toh dipaksa membayangkan maka yang muncul adalah wajah yang sudah tidak berbentuk, rambut kriwul kriwul dan bertaring.... ah marah rupanya dia.

si Abu adalah bagian dari perjalanan hidupku yang tidak aku raih, karena yang mengenggam hatiku dengan amat kuat ternyata cuma Timut... Barangkali juga hanya Timut yang mengerti aku

Senin, Maret 22, 2010

Sebaris embun di mata


Entahlah, hari Minggu kemarin ada saja tamu yang datang ke rumah... dan lagian, aku kok ya tumben tidak ke luar rumah. Selain nyetrika baju yang sudah menumpuk, aku juga masak bahan-bahan yang ada di kulkas. Mulai jamur goreng tiram, orak arik jamur, pepes tahu, sampai sayur bening. Anehnya, semua itu ludes nggak sampai siang hari.... ehmmm berarti laku juga masakanku...

Hari itu Siti sudah telepon akan ke rumah. Sambil nunggu dia datang aku nyicil nyetrika baju. Sekitar 10.30 Siti mencungul di pintu dapur yang memang letak
nya di samping rumah. Dia datang bersama suaminya. Memang aku janjikan padanya untuk memberi dana reuni SMP yang akan dilaksanakan di rumahnya tanggal 4 April 2010 mendatang. Mula-mula dia keberatan untuk ke tempatan karena dia bilang tidak ada dana, kecuali dana dari aku. Karena aku merasa bertanggung jawab untuk meneruskan pertemuan, maka dana yang diminta Siti aku sanggupi. Makanya pagi itu dia muncul di rumah.

Dia sempat buka tudung saji meja makan, dan incip beberapa masakanku... dia bilang tumben aku bisa masak seenak ini. Wah ini pelecehan dan pelanggaran...
Untuk acara reuni itu, aku katakan padanya aku sudah siapkan beberapa doorprize untuk 14 orang. Setelah aku tunjukan ke Siti dia bilang, "Isine kakehan ..."
"Lho aku pikir malah kurang, kok kamu bilang kebanyakan to?" Siti lantas membuka tas-tas kecil yang sudah aku isi sabun cuci, pewangi, sabun mandi, dan sabun cuci piring. Mula-mula isi tas itu berisi antara 2-4 macam, tapi setelah dibongkart Siti setiap tas hanya berisi satu saja, dan jika dua maka itu hanya berisi sabun mandi dan pewangi saja. Jadinya doorprize yang semula untuk 14 orang jadi 28 ... "Wis aku genapi nanti jadi 30, nanggung..." kataku.
:Awakmu kok apikan to Pur.." katanya, aku cuma meletkan lidah.... muji tok!
"Lho iya sungguh, aku pingin kayak awakmu ... " Doorprize yang tidak seberapa ini memang aku siapkan untuk teman-teman yang datang setiap kali reuni. Harapanku suapaya suasana agak rame saja.. berkorban sedikit toh nggak masalah asal suasana gayeng.


Setelah siti pulang, si Alam SMS nanyakan posisiku ada di rumah tidak? kalo di rumah dia mampir... makanya diapun mampir juga ke rumah... ini adalah kunjungan Alam yang ke dua, setelah empat tahun lalu ke sini bersama si Abu.
Aku bilang ke Alam kalo aku belum telepon si Abu atau mengunjungi mamak ...
:Lho mamak pulang ke makasar selasa, aku juga belum ke sana" kata Alam
"Trus piye Lam, kalo hari saja... itu ada mobil tapi aku nggak bisa nyopir, kamu ae yo sing nyopir" kataku. Setelah rundingan sejenak Alam setuju tapi setelah dia kulakan krupuk di kenjeran.

Sore itu sekitar pukul 17.00 aku dan Alam melaju ke arah Tengger ke rumah mamak, setelah mampir ke toko roti langganannya Alam. Alamak! ternyata di sana rame semua anak-anak dan cucu mamak kumpul semua cuma tidak ada si Faizal danuehmm si Abu. Ku peluk mamak, air mataku selalu hampir jatuh ketika memeluk wanita sepuh yang teduh ini . Selalu ada sebaris embun di kelopak mataku, jika aku tidak menahannya pasti akan jadi hujan yang deras.

Alam sudah beberapa kali telepon si Abu tapi tidak diangkat juga, sampai akhirnya Yuni-lah yang menghubungi si Abu baru bisa. Oleh Alam, telepon yang sudah tersambung ke si Abu diberikan ke aku, tapi aku tidak tahu harus ngomong apa ke dia selain "Hai... piye kabarmu? S-2 nya udah selesai belum? Sekolah Istri sudah selesdi belum? hanya itu yang aku tanyakan dan setelah mengucapkan selamat atas kelahiran putrinya yang ke -4 telepon aku berikan ke mamak.

pukul 19.00 aku ajak Alam pamit, aku peluk mamak beberapa kali dan kuciumi wanita yang putranya pernah mencintai aku, namun takdir telah berkata lain. Airmata mamak mulai menggenang dan cepat dihapusnya. Airmataku sendiri juga sudan hampir menetes. Yuni yang mengantarkan aku sampai di pintu mobil juga mulai menghapus airmatanya... Duh Gusti, mereka adalah bagian dari hatiku.

Ketika Alam bertanya "Tadi itu apa baru pertama kalim telepon dengan si Abu?" aku jawab ya, karena aku kuatir nanti ketika aku SMS atau telepon si Abu, istrinya akan berprasangka lain, aku tidak ingin mereka jadi tengkar gara-gara aku...

Dan pagi ini, tiba-tiba saja dia telepon.... kami ngobrol cukup lama... ada rasa sedih yang menggumpal dan menyesakan dada, rasa sesal dan berdosa padanya menjadi satu... Duh! Aku hanya berharap dalam doaku semoga dia senantiasa berbahagia bersama keluarga besarnya, bersama istri dan anak-anaknya, bersama mamak dan adik-adiknya....







Jumat, Maret 19, 2010

Anakku Ragil


Anakku ragil ini usianya 13 tahun, duduk di kelas 2 SMP. Seperti anak-anak ragil lainnya, manjanya luar biasa... aku sih yang salah juga, terlalu sering ngeloni dan nyiumi dia.. padahal baunya kecut poll kayak cuka, juga tengkil. heemmmm tapi kenapa ya bagiku dia kayak malaikat dan luar biasa. Dan payahnya aku selalu nggak sampai hati menolak keinginannya dia. Salah satu sebabnya dia memintanya dengan wajah melas, mata yang ketap ketip sambil memakai jurus rayuan maut, begini .."Ma, mama capek nggak? buatkan aku nasi goreng... mama baiiiikkk deh, kok ada ya mama yang sebaik mama Ian?"... atau begini, "Mama ini kok kelihatan masih muda ya, cantik lagi.... buatkan aku omelet ya..."

DASAR.. sudah begitu, pasti aku bangkit menuju dapur, dan membuatkan pesanannya. Persis kayak di rumah makan... akibatnya badannya cukup gembul. Lha piye, setiap hari makannya bisa sampai 5-6 kali, belum diselingi dengan ice cream, camilan, kentang goreng dan sebagainya.

Kalau pas dia tidur atau baca komik, diam-diam aku peluk dia dari belakang. Rasa kasihan muncul.... dia tidak pernah ketemu mamanya ketika pulang sekolah, dan malam pas aku datang dari kantor dia sudah tidur.. sudah begitu pasti ada rasa sesal aku sering ningalin dia. Belum lagi dia juga sibuk les yang hampir tiap hari... dan aku tidak bisa ndampingi dan jemput dia. Sering dia protes, katanya dulu Mas Ridho sering dijemput mama dan diantar waktu les. Menurutnya aku tidak pernah jemput dia les apalagi jemput dia sekolah.... Wah!

Momen yang sangat dia tunggu adalah ketika masnya datang liburan semester dari Jakarta. Saat itulah kemana-mana anak dua ini runtang runtung. Tidurpun berjubel berdua di tempat tidur yang sebetulnya hanya muat untuk satu orang. Walaupun ada 2 kamar tidur yang kosong, tapi mereka ingin berdua. Kadang mereka berjubel tidur di kamarku. Jadilah tempat tidurku berisi 4 manusia yang sudah pada melar semua tubuhnya. Posisinya di dekat tembok si Ridho, si Ian, aku dan suamiku. Karena berisi 4 orang, dan lagi pola tidur mereka usrek ae, terutama si Ian, maka untuk hanya sekedear membalikkan badan saja susahnya minta ampun. Paginya badan peda pegal semua. Jadinya kalau mereka ingin kumpul jadi satu di kamarku, si Ridho bawa kasur tipis di gelar di lantai.
Ketika aku tanya kenapa sih kok masih tidur sama mama... jawaban mereka seragam " MAMA NAKALAN, kamar mama tok sing ada AC-nya, ada TV-nya, ada kamar mandinya..., kamarku cuma kipas angin tok, nggak ada TV-nya..."
Lho kan bisa lihat TV di ruang tamu atau di kamar atas, jawabku...
"IYA TAPI KAN NGGAK BISA LIHAT INDOVISION..." he he he.... protes mereka.

Senin, Maret 15, 2010

ANALISA MEDIA

AKhirnya pembuatan Analisa Media rampung juga. Analisa Media ini merupakan pengamatan seputar pemberitaan Pemerintah Kota Surabaya yang dimuat di Jawa Pos dan Surya pada 1-5 Maret 2010. Analisa ini dilakukan dengan content analysis, meliputi trend berita, tendensi berita, serta tendensi media. Trend Berita merupakan hasil tabulasi dari topik-topik pemberitaan Pemerintah Kota Surabaya. Tendensi Berita merupakan hasil kalkulasi dan klasifikasi isu atau topik pemberitaan seputar Pemerintah Kota Surabaya berdasarkan preferensi positif, negatif maupun netral. Sedangkan Tendensi Media adalah kecenderungan pemberitaan sebuah media yang memiliki kecenderungan positif, negatif ataupun netral.

Tapi Analisa Media ini masih ada di meja bos, sudah satu minggu ngendon di sana.... entah di baca atau tidak, entah disetujui atau tidak, aku tidak tahu. Kalau bos tidak setuju ya sudahlah... memang enggak mudah untuk nyempatkan waktu membaca analisa media 38 halaman ini.

Reuni Mekso....

Tiba-tiba saja ada SMS masuk.... Yuni teman SMPN 5 mengabari kalo dia tidak bisa menjadi tuan rumah pada pertemuan reuni SMP yang rencananya diadakan di rumahnya awal April ini , karena dia mengikuti tugas dinas suami ke Jakarta. Aduh... piye iki? Aku sudah mencoba merayu dia agar dimajukan saja di bulan Maret, sekalian syukuran pindahan tugas dinas suaminya. Tapi kayaknya dia tetap nggak bisa katanya harusn wara wiri Jakarta-Surabaya ngurus pindah sekolah anaknya.
Sebetulnya Ketua Reuni ini bukan aku, sekretarisnya juga bukan aku, bendaharanya juga bukan aku.... Lah terus? Aku cuma kedapuk jadi pemegang uang ketika teman-teman urunan, juga di dapuk untuk membuka dan menutup acara pertemuan setelah si Budi membuka acara pertemuan. Serta menyebarkan SMS undangan ke teman-teman... jadi ketika si Yuni SMS itu aku langsung SMS balik memforward SMSnya Yuni, setelah aku tambahi kalimat "ADAKAH yang bersedia ketempatan?" ... NDILALAH, lha kok ga ada yang membalas blassss.... padahal aku SMS ke 45 orang yang namanya ada di Daftar Absensi kehadiran. Setelah nunggu agak lama baru sore harinya ada 4 orang yang membalas, itupun balasannya AKU GAK SIAAAAPPPPPP, yang satunya AKU MANUT AWAKMU AE...., lainnya SIK TAK RUNDINGNO KONCO-KONCO..... lalu beberapa teman aku rayu untuk bersedia ketempatan dengan iming-iming aku kasih doorprize menarik (dalam hati aku sediakan gelas/cangkir satu set)... tapi jawabanne TRIMS ATAS INFONYA... Byuhh puyeng tenan. Lha piye mosok di rumahku lagi. Kalo ga dijadwalkan nanti tambah molor, lagian aku kan ketiban sampur bawa duit hasil urunan teman-teman sebanyak satu jeti-an.

Akhirnya, aku telepon Siti Malika, sohibku yang jualan STMJ (tapi badannya tetap kurus ae, lha STMJ ne di jual gak diminum sendiri...), setelah argumen dan sedikit mekso, akhirnya dia bersedia tapi semua biaya aku tanggung, dengan suara melas dia berkata..."Oala Pur, aku gak ono dana ... biayane soko awakmu yo?". Okelah aku setuju, karena aku pikir ini bagian dari komitmen dan tanggung jawab berkorban sedikit gak masalah.... akhirnya disepakati oleh Siti pertemuan tanggal 4 April jam 10 pagi. Saat itu juga aku kembali SMS ke teman-teman sebanyak 45 nomor, mengabari kalo pertemuan di rumah Siti... tapi ya itu hanya satu-dua orang yang membalas SMS.... Duh...