Kamis, April 29, 2010

Ferrari, Sancoyo, Tius

Tius. Namanya singkat saja. Nama sebenarnya ehhhh siapa ya aku kok lali...barangkali Ign. Sancoyo Raharjo..anehnya dia juga lupa kalo namanya itu Tius. Padahal selama ini aku manggilnya Tius... atau aku yang salah nyebut nama ke dia ya? Entahlah... yang jelas aku bersahabat dengan dia. Banyak cerita lucu tentang kami berdua. Mulai dari dilempar kapur oleh dosen, gara-gara kami ngobrol pas dosen itu nerangkan. Kok ya tahu to dosen itu kalau Tius dan aku ngoborol.. padahal mahasiswa demikian banyak dan aku duduk di deretan bangku tengah, yang aku yakin tubuhku yang waktu itu mungil tertutup oleh punggungnya Darsono yang kekar. Tapi kok ya dosen itu tahu ya kalo Tius dan aku ngobrol. Ternyata pas kami ngoborol itu kepala Tius dekat sekali di kupingku... kemudian teman-teman bilang pak dosennya cemburu... he he he... Sampai kami nonton film The Killing Fields (1984) di Bioskop Istana sebelah kampus yang saat itu cukup bagus walaupun kursinya dari tampar plastik (sekarang nggak ada lagi kursi yang model begini....)Sayangnya Tius lupa kalo pernah nonton film ini. Lha terus aku dulu nonton sama siapa ya... atau jangan-jangan aku nonton tidak sama Tius he he he...

Film ini mendapatkan 3 oscar. Film yang merupakan kisah tentang ladang pembantaian ini adalah kisah nyata Dith Pran seorang dokter yang berjuang hidup lolos dari kekejaman rezim Pol Pot. Selain itu film ini memberikan pesan yang mendalam untuk arti persahabatan, kesetiaan dan juga perjuangan untuk hidup.

Kemana-mana aku selalu digonceng Tius, pulang dari kampus, ke rumah teman, ke tempat kondangan teman yang kawin dan sebagainya. Tapi satu yang aku lupa... apa aku pernah makan berdua sama Tius ya? entahlah... barangkali saking seringnya makan bareng aku jadi lupa... bukan momen bagus sih, beda dengan yang dilempar kapur sama dosen tadi.

Tentu ada pertanyaan apakah kami pacaran? Aku merasa selama ini kami bersahabat saja, walaupun kata Tius ibu-ku pernah memberi peringatan : "Jangan pacaran sama Puri...kalian beda agama…” Aku tidak tahu bagaimana reaksi Tius ketika ibu mengatakan demikian.Tapi nyatanya selama ini kami tidak pacaran,walaupun kemana-mana selalu runtang runtung berdua. Bahkan seuatu ketika Tius pernah bilang naksir sahabatku si Endang cewek manis, tinggi, kacamata rambutnya ekor kuda… siapa namanya…? He he kayak lagu saja.

Tapi memang si Endang ini manis berkacamata, tinggi dan berambut panjang. Kira-kira pas kalau jalan sama Tius yang badannya menjulang. Endang juga sudah aku kasih tahu waktu itu kalau di taksir Tius… tapi entah kenapa kok gak berlanjut. Barangkali si Endang bingung yang sering diboncengi Tius kok aku he he he… Padahal aku pernah bilang ke Endang, kalau aku nggak suka punya pacar teman satu kampus… bosen ketemu terus. Aku lebih suka bersahabat.

Dan bersama Tius ini aku bisa bersahabat dan ngobrol enak tanpa harus terbebani hal yang lain di luar urusan persahabatan. Anehnya sampai sekarang aku belum tahu dimana Tius tinggal selama di Surabaya…padahal dia satu alumni waktu di SMA dulu cuma beda kelas. Aku baru tahu dia satu SMA denganku waktu di kampus itu… dunia yang aneh atau barangkali aku yang bebal ya...

Akhirnya si Tius bercerita kalau naksir tetangganya di Blitar sana. Aku dikasih tahu fotonya, manis, mungil rambutnya ikal (yang sekarang sudah disunting, dan mereka memiliki 3 orang putri yang cakep). Singkat cerita kami sudah mulai jarang bersama apalagi sejak KKL di Bromo kami tidak satu kelompok. Tiba-tiba saja kami tidak lagi dekat…hanya say hello saja. Sampai akhirnya aku lulus dahulu, kemudian aku kerja di kampus, jadi asisten dosen dan ngajar.

Saat itu aku kehilangan seorang sahabat, untung ada Endang yang selalu bersama, kita ngoborol bareng, saling curhat. Sementara itu Tius entah kemana….padahal saat-saat itu waktu yang teramat sulit bagiku untuk melanjutkan hidup, aku butuh teman yang bisa aku percaya untuk aku ajak cerita… saat itu aku berada di titik yang sungguh sulit. Di depan teman-teman aku tampak ceria terutama di depan Endang sahabatku, tapi ketika aku masuk kamar… hanya airmata yang tercurah. Aku tidak berani cerita ke Endang walaupun kami sering bersama, aku tidak ingin membebabni sahabatku ini yang juga mengalami problem tentang kehidupan pribadinya. Saat itu aku hanya bersujud kepada Allah, memohon kekuatan dan mujizat… Aku tidak bisa cerita ke Tius, karena dia sudah tidak pernah terdengar kabar beritanya… yang aku tahu dia ada di Jakarta bekerja menjadi waratwan di salah satu kantor berita di sana. Sepertinya dia pernah mengabari aku ketika menikah, karena ada undangan yang dikirim lewat pos. Kemudian dia mengirimi foto pernikahannya. Tentu saja aku tidak berani berbagi cerita ke Tius, apalagi cerita yang membuatku berurai air mata…

Ketika ngajar (kadang aku masih ingat dia.) Dulu di kampus ini aku dan Tius pernah dilempar kapur oleh dosen, dan itu tidak akan aku lakukan. Karena memang ngajarnya saat ini tidak pakai kapur, pakai laptop... eman-eman laptop-nya kalau dilempar. Mahasiswa disayang saja, seperti ketika aku ambil S-2.. dosen banyak yang sayang he he he... tapi ketika dapat beasiswa unggulan S-3 anakku protes katanya kalau aku mati tidak ditanya lulusan apa, tapi ditanya ngopeni anak-anaknya nggak? weleh... Setelah meminta maaf kepada ITS dan Dikti Pusat akhirnya kesempatan itu tidak aku ambil. Karena memang ada perkuliahan ke LN yang harus aku tempuh dan itu berarti aku akan kehilangan momen penting begi kehidupan anak-anakku... hiks.

Dan Tiba-tiba minggu ini, aku bertemu kembali dengan Tius di fb. Ku coba meng-add sebuah foto yang bergambar ferrari, fellingku mengatakan ini dia temanku yang hilang, karena dia suka ngebut kalau naik motor. Padahal dari sekian nama yang mirp dengan namanya tidak ada satupun yang meguatkan fellingku kecuali si motor ferrari itu... ternyata fellingku masih kuat, benarlah dia si Tius ini. Tapi tidak ada lagi poni yang berserakan di dahinya. Dia ternyata berhasil ber-metamorfosis, aku sampai takjub dan hampir tidak mngenalinya. Tapi ketika dia menelponku... suaranya masih dulu... gayanya dan humornya belum hilang. Kami saling cerita, termasuk kuceritakan juga perjalanan sekolahku S2- dan rencana S-3 yang tidak aku ambil (entah enak rasanya bisa cerita apa saja ke dia... )

Selamat Datang lagi Tius di dunia yang tidak menentu ini (kadang menyebalkan, kadang menyenangkan...) 35 tahun waktu yang cukup lama untuk menggerusku menjadi ekspayet dan kadaluwarsa... hiks.