Mudik adalah tradisi yang sudah dilakukan oleh masyarakat Indonesia bertahun-tahun, bahkan menjadi urusan nasional. Bisa jadi urusan mudik ini menjadi perhelatan nasional terbesar setelah Pemilu, karena saking ramainya dan melibatkan banyak pihak.
Mudik menjadi fenomena sosial sekaligus kultural. Sosial karena pada mudik tercermin hubungan yang sangat kental terhadap hubungan kekerabatan, menyambung atau mengeratkan tali silaturahmi yang terserak. Dan kultural, karena pada mudik-lah manusia kembali ke akar hidupnya, kembali kepangkuan dimana dia dilahirkan, kembali ke masa lalu. Dan hanya pada mudiklah orang-orang berkumpul pada suatu titik.
Mudik bisa juga menjadi ajang penampilan diri, kesuksesan diri dalam hidupnya. Pamer di mudik menjadi feneomena tersendiri. Tapi tentu saja halini bisa dimaklumi, kapan lagi bisa pamer dilihat orang banyak jika tidak pada mudik?
Jika pada tahun lalu mudik dilakukan sendiri, maka pada tahun berikutnya dilakukan berdua, karena sudah berpasangan. Pada tahun berikutnya menjadi bertiga karena sudah beranak, dan pada tahun-tahun berikutnya menjadi serombongan karena sudah beranak pinak... dan mereka ini berkumpul pada suatu titik, dengan rombongan lainnya yang berasal dari daerah lain. Tumplek blek. Inilah seninya mudik. Inilah indahnya mudik, menyatukan keluarga yang terpisah oleh pulau, oleh lautan bahkan benua...
Selamat Mudik saudaraku, semoga Tuhan menyatukan yang terserak dalam barokah dan hidayah-Nya. Selamat lebaran mohon maaf lahir bathin.