Rabu, Maret 25, 2009

GALAU GAGAL CALEG

Menarik sekali ide yang saat ini dilakukan oleh beberapa rumah sakit jiwa (RSJ) dengan menyediakan fasilitas perawatan bagi caleg yang terganggu kejiwaannya akibat gagal menjadi caleg 2009. Ide rumah sakit ini cukup cemerlang dan bisa diartikan mereka para pengelola rumah sakit jiwa ini bisa membaca tanda-tanda dan situasi yang akan dialami oleh para caleg yang gagal melaju ke pilkada. Antisipasi menyediakan tempat dan fasilitas untuk para caleg yang terganggu jiwanya akibat gagal dalam pencalonannya, barangkali karena "peluang" untuk gagal menjadi caleg dan menjadi galau atau terganggu kejiwaannya cukup terbuka lebar. Hal ini bisa dilihat dari jumlah caleg sementara yang akan bertarung pada Pemilu tahun 2009 mencapai 11.868 orang. Mereka berasal dari 77 daerah pemilihan di 33 provinsi, dan akan memperebutkan 560 kursi DPR. Jadi memang peluang untuk lolos menjadi caleg ini betul-betul super ketat, dan persaingannya sangat luar biasa. Apalagi pada pemilihan caleg yang memperoleh kesempatan untuk menduduki kursi adalah mereka yang mendapatkan suara terbanyak. Artinya nomor urut tidak berpengaruh terhadap peluang memperoleh kursi. Siapapun yang bakal mendapatkan perolehan suara terbanyak pada 9 April nanti, walaupun dia berada di urutan nomor buncit, maka akan memperoleh kesempatan memperoleh kursi.Karena itulah, saat ini tidak cukup hanya gambar atau foto para caleg yang terpampang berjejer di depan hidung dan mata saja untuk mencitrakan dirinya atau menarsiskan dirinya, tapi kerja nyata di tengah masyarakat, untuk menarik simpati warga, giat dialakukan mereka demi mendulang suara sebanyak-banyaknya. Akhirnya, mereka tidak saja bersaing antar partai, tapi juga sesama partai. Dan untuk menarik simpati warga ini, sudah dipastikan mereka akan merogoh kocek dalam-dalam. Jika rogohan koceknya dangkal, masih ada jalan lain, yakni jurus "tangdu" (utang dulu). Nanti, kalau terpilih tang-tangnya akan dilunasi. Memakai jurus tangdu, masih bisa dinalar, asal mereka bisa memprediksi cara untuk melunasinya dengan cara yang nalar pula. Yang tidak bisa dinalar adalah, jika mereka sampai menyekolahkan rumahnya, menyekolahkan harta bendanya, bahkan sampai melakukan penipuan, seperti salah satu anggota caleg yang baru-baru ini ditahan polisi karena tersangkut masalah penipuan pembuatan SIM. Bagi mereka yang tidak bernalar inilah, maka peluang untuk masuk ke RSJ sangat terbuka lebar. Apalagi ketika tidak terpilih, sedangkan mereka sudah mengeluarkan biaya yang sangat besar, maka sangat wajar jika mereka stress dan galau, dan akhirnya dirawat di RSJ. Sedangkan RSJ sendiri dengan cerdas menangkap peluang ke-stress-an para caleg gagal ini untuk dirawat.Bisa jadi RSJ ini berkaca pada pengalaman-pengalaman tahun lalu, dimana banyak para caleg yang stress sehingga perlu perawatan akibat kalah pertarungan dan gagal menjadi caleg.

Agar tidak mencicipi fasilitas RSJ, walaupun kabarnya cukup berkelas, terjangkau, dan mewah, namun konotasi masyarakat masih cukup negatif, jika seseorang sampai dirawat di RSJ akibat galau gagal caleg. ara caleg ini jauh-jauh hari seharusnya bisa membaca peta dan mengukur dirinya ketika akan mencalegkan diri. Sebab para caleg ini pasti paham mereka akan memperebutkan 560 kursi, sedangkan yang mendaftar sejumlah 11.868 orang. Agar lolos dan mendapatkan kursi, mereka harus bisa mengkampanyekan dirinya dan menarik simpati masyarakat. Pun mereka harus bisa menguji hipotesis untuk dirinya sendiri, apakah mereka lolos atau tidak pada pencalonan ini. Serta mereka harus bisa memprediksi tingkat simpati warga terhadap partainya terutama terhadap dirinya. Tanda-tanda kejiwaan bisa dilihat mulai dari janji-janji sampai tingkat kenarsis-an diri seorang caleg.
Janji memberikan gajinya kepada masyarakat miskin jika terpilih, merupakan salah satu janji yang sulit untuk diterjemahkan dan diprediksi, karena tidak jelas apa yang dimaksud dengan memberikan gaji? Apakah seluruh gaji plus penghasilannya di dewan, atau hanya gaji pokoknya saja?. Kita semua tahu, gaji pokok anggota dewan "tidak seberapa" dibanding dengan tunjangannya , seperti tunjangan kesehatan, perumahan, listrik, Air, Makan-Minum, Perumahan, belum bonus dari kunjungan kerja dan lainnya. Lantas gaji mana yang dimaksud? Gaji pokoknya saja, atau seluruh pendapatannya? Tapi jika seluruh pendapatannya diberikan, lantas dia dan keluarganya makan apa? Jangan-jangan caleg ini nanti malah menjadi penguni RSJ karena tidak berpenghasilan...

Gangguan tanda-tanda kejiwaan lainnya bisa diprediksi dari tingkat kenarsisan ketika "men-jual" dirinya dengan memuji-muji dirinya dengan sangat berlebihan. Apabila ini dilakukan maka bisa dicurigai dia menderita gangguan kejiwaan. Hanya orang yang tidak memiliki malu saja yang memuji-muji dirinya dengan sangat berlebihan. Artinya dia menslogankan dirinya orang yang peduli dengan kemiskinan, santun, bijaksana, anti korupsi dan sebagainya. Ketika membaca sikap dan sifat para caleg yang ditulis sendiri dengan memuji-muji diri sendiri, seraya ada fotonya, maka yang terbayang adalah gambaran orang yang angkuh. Alih-alih menarik simpati, tetapi malah memunculkan kesan kesombongan, karena di sekitar kita ada orang-orang yang justru ketika menyantuni orang miskin, memberikan bantuan pendidikan, dan peduli dengan sekitarnya justru tidak ingin diliput. Karena itu, jika sejak awal sudah men-jual dirinya dengan sangat narsis, maka jika gagal, dan jualannya tidak laku, maka tidak heran jika dia semakin narsis dan berakhir terdampar di RSJ.

Kalau sudah begini, maka para caleg ini harus betul-betul siap bermental baja...karena jika tidak, maka RSJ yang sudah mempersiapkan segala fasilitas untuk menempa kembali dirin
ya.