Tiba-tiba saya merasa keheningan menyelingkupi, dan rasa sesak menggumpal di dada. Rasa sesak itu menyisakan hempasan nafas yang berat yang mengganjal tenggorokkan. Ya, keheningan dan kesesakan ini menciptakan sebuah atmosfir, saya terhenyak, ternyata saya sendiri...
Saya tidak ingin bersentimentil, atau berkeluh peluh... tapi hari ini saya merasakan turbelensi.
Seperti dentingan garputala yang mengeluarkan atmosfir keheningan, saya merasakan ternyata saya bukan siapa-siapa. Bahkan diri saya, tubuh saya untuk diri saya sendiri, saya tidak kuasa. Saya bukan siapa-siapa.... Kesadaran ini muncul dan membuat saya terhenyak tak berdaya, manakala saya tidak bisa memutuskan apa yang terbaik bagi diri saya...
Kelelahan yang mendera yang biasanya tidak saya rasakan, karena saya menikmati pekerjaan saya walaupun pulang menjelang maghrib, tiba-tiba saja bukan rasa lelah yang saya rasa , tapi kesendirian dan keheningan... Sore ini menjelang ke kampus, dan seperti biasanya saya akan berangkat dari kantor Dinkominfo pukul 16.30, dan saya merasakan ke sendirian itu menyergap... karena rasa sendiri inilah, jauh-jauh hari tidak seperti biasanya, saya sudah menyiapkan naskah UTS sekaligus UAS, dan materi kuliah. Terbayang, malam ini saya akan sampai rumah menjelang pukul 21.00. Terbayang pula wajah Ridho anakku yang kuliah di UI. Kepedihan dan kerinduan, menjadikan saya betul-betul tidak mampu mengusir kesendirian ini. Saya masih ingin memeluknya, membacakan cerita patung batu, atau sandal yang bisa berbicara.... sebuah cerita yang dulu menjadi favoritnya, dan ketika diminta untuk mengulang ceritanya, dia pasti dengan lancar akan bercerita.
Barangkali kesendirian ini karena aku kangen sama Ridho