Selasa sore itu, jarum telah menunjukkan pukul 17.00 WIB, tapi saya masih berkutat di kantor, belum juga berangkat ke kampus. Padahal pagi tadi sudah ditanya pengajaran, apakah sore ini saya ngajar, mengingat Selasa kemarin saya masih ijin sakit. Saya sempat minta ijin untuk dicarikan asisten dosen menggantikan saya sementara saja, karena saya merasa capek beberapa minggu ini. Tapi informasi dari kampus, mahasiswa saya kali ini lumayan banyak, karena banyak mahasiswa pagi yang pindah kuliah ke sore. Akhirnya saya janjikan nanti sore akan masuk.
Jarum jam bergerak ke 17.15 WIB ketika saya berlari menuruni tangga dan ijin ke Pak Gafar untuk ngajar. Sengaja sore itu saya tidak naik taksi, saya pikir masih ada waktu walaupun saya naik angkot, toh ngajar dimulai jam 18.15. Di dalam angkot, perut terasa melilit, saya baru sadar jika sejak pagi belum terisi sama sekali. Segera saya SMS Mas Riyanto, untuk dipesankan makanan nasional, mie goreng instan di kantin.
Tetapi ketika ampai di kampus, di meja saya di ruang transit dosen, tidak ada mie goreng idaman itu, ternyata mas Riyanto pulang ke desanya. Pantas SMS saya tidak ada jawaban. Aduh perut makin kenceng berteriak. Akhirnya saya putuskan untuk makan nanti saja di rumah sepulang ngajar, karena waktu ngajar sudah tiba, jarum sudah menunjukkan pukul 18.15 WIB. Saya masuk ke ruang kuliah dengan gemetar, apalagi saya tidak terbiasa ngajar dengan duduk. Waktu dua jam saya pakai berdiri di depan kelas untuk menerangkan mata kuliah Metode Penelitian Komunikasi.
Tidak seperti ketika saya mengajar Pengantar Ilmu Komunikasi yang memakai in focus dan power point, pada mata kuliah ini saya sengaja tidak memakai in focus, karena saya pikir lebih jelas kalau saya menerangkan memakai white board saja.
Mula-mula saya menerangkan cara penelitian dengan metode content analysis media, yang didalamnya termasuk semiotic, framing dan analisia wacana. Termasuk persiapan tugas untuk meneliti media. Bagaimana sikap media dan posisi media ketika memberitakan Pilpres misalnya.
Entahlah ketika bertatap muka dengan mahasiswa dan berdiri di depan kelas, rasa lelah tiba-tiba hilang, laparpun tidak terasa. Waktu dua jam berlalu dengan cepat. Teman saya pernah bilang, saya ini nyamar... tipu lawan katanya, saya tidak tahu apa yang dimaksud.
Sampai di rumah menjelang pukul 21.00, sudah tidak ada selera untuk makan lagi, yang diinginkan cuma pingin segera rebah. Jika ada yang berbesar hati untuk mijat kaki aduh senangnya... asal bukan pijat kayak si ipul dan kiki fatmala itu...