Jumat, Agustus 13, 2010

Kasihan Kau Tari...


Tulisan ini bukan  berarti saya membenarkan apa yang dilakukan Cut Tari terkait kasus video yang membuat heboh. Tapi lebih melihat dari sisi empaty Tari. Terlepas dari alasan Ariel masih belum mengakui bahwa yang di video itu dirinya, tetapi yang lebih menohok adalah dia tidak memiliki rasa terhadap Tari. Lebih jelasnya dia ingin mengatakan “itu bukan saya, ngapain aku melakukan sama Tari, wong aku nggak suka sama dia...  “

Apakah Ariel tidak mengakuinya karena berkaitan dengan kasus hukum yang sedang dijalaninya? Entahlah, yang jelas kalimat yang dilontarkan Ariel sudah pasti akan menampar Tari,  tentu saja juga sang suami Tari, Yusuf.  Ibarat sudah jatuh, masih dipermalukan lagi. Lantas kalau bukan sama Ariel, siapa yang sedang bercinta dengan Tari? Mungkin Ariel akan mengatakan emang gue pikirin!

Barangkali ini salah satu sifat Ariel dan juga laki-laki pada umumnya. Ingin menjajal kemampuannya, ingin membuktikan keperkasaannya, ingin membuktikan apakah seorang wanita akan gampang dibohongi dengan janji manisnya?  Setelah itu, dia akan cuci tangan... atau paling tidak mengatakan... “lho kok mau, wong saya cuma iseng saja. Saya cuma coba-coba saja. Kalau kena ya.. siiip, kalau gagal bukan masalah...”

Sebetulnya saya tidak setuju jika wanita dikatakan gampang dibohongi, yang pasti dia selalu menjadi korban bujuk rayu para lelaki brengsek. Lantas, mengapa dia gampang luluh, lebur dan menyerah pada rayuan lelaki? Itu tak lain, karena mereka para wanita ini jika mencintai pasangannya akan total, akan berusaha untuk setia, akan komitmen. Karena itu dia percaya bahwa pasangannyapun akan memiliki pikiran dan hati yang sama dengannya. Dia tidak memiliki pikiran negatif bahwa dia akan disakiti, dia akan dikhianati, dia akan dipermalukan.

Tapi coba kita lihat, para lelaki ini sama sekali tidak memiliki komitmen untuk setia terhadap pengorbanan pasangannya. Dia akan bangga jika bisa menaklukan para wanita, dia akan tersanjung jika semakin banyak yang menjadi koleksi petualangannya. Dan si wanita tidak sadar jika dia “mengalami penipuan”, termasuk si Tari.

Terbukti, begitu videonya di putar dan ditonton bersama-sama dengan polisi, Ariel menyangkal dan berkukuh itu bukan dirinya.  Saya yakin, Cut Tari akan sangat malu melihat tontonan yang sudah dikonsumsi masyarakat ini bersama-sama Ariel dan pihak kepolisian. Apalagi sang suami juga menonton. Siapa yang akan mau hal yang sangat pribadi menjadi konsumsi publik. Celakanya si Ariel, seperti kebanyakan laki-laki brengsek lainya mengatakan ITU BUKAN SAYA... ITU BUKAN SALAH SAYA

Stigma masyarakat sampai sekarang sebagian besar masih beranggapan, bahwa hal-hal yang menyangkut asusila, menyangkut kasus perkosaan, hamil di luar nikah selalu yang disalahkan adalah perempuannya. Perempuan ini sudah menjadi korban, mengalami stigma buruk lagi dari masyarakat. “Lho kok mau tuh si perempuannya... kalau dia nolak kan ya nggak terjadi”
Mereka hanya melihat akibatnya saja, tapi mereka tidak melihat asal muasalnya. 

Bahkan teman saya laki-laki, yang memiliki koleksi banyak pacar mengatakan, semua pacar-pacarnya sudah “diincipi”. Saya tidak mau menyakan lebih lanjut arti kata “diincipi”, yang pasti konotasinya adalah pelecehan. Kemudian dia katakan pula, jika wanita ini menolak maka, dia pun tidak memaksa. Jadi kesimpulannya, wanita tetap mahluk yang dianggap paling salah, mahluk yang seakan siap untuk digoda. Jika  dia kuat maka dia akan selamat, jika tidak maka dia akan menjadi korban.
Jengkel juga saya dengan kalimat teman saya ini. Bukankah itu berarti, kaum wanita yang selalu salah dan menjadi penyebab rangsangisme?. Sedangkan laki-laki selalu berdalih, ini sudah kodratnya laki-laki yang memiliki naluri untuk berpetualang. Mereka para lelaki ini lupa akibat yang ditimbulkan dari perbuatannya, atau bisa jadi mereka tidak lupa,  namun  lebih tepat tidak peduli akibat yang ditimbulkan terhadap si perempuan, seperi si Ariel itu. Jadi dia tidak peduli, ketika wanita ini akhirnya merasa dicampakkan, merasa dilecehkan... "Salahnya kok mau..." begitu yang sering dilontarkan para laki-laki brengsek.

Karena itu, saya sampaikan kepada kaum perempuan, laki-laki adalah mahluk brengsek. Kalau dia bisa membuat kita menangis, hapus air matamu, buat dia yang menangis, buat dia menderita, buat dia menjadi laki-laki lemah yang memohon ke kita. Setelah itu lepaskan dia... biarkan angin yang menerbangkannya. Jangan kau hiraukan kemana angin akan menerbangkannya...