Jumat, Agustus 20, 2010

Wanita, Bunga, dan Kupu-Kupu

Hidup merupakan suatu proses. Begitu Sutjipto Adi pernah mengatakannya. Mas Adi aku biasa memanggilnya, adalah pengagum berat Gandhi. Entah berapa banyak wajah Gandhi yang sudah dia tuangkan dalam lukisannya di Ubud-Bali tempat tinggalnya.  Ajaran-ajaran Gandhi banyak dia terapkan dalam kesehariannya. Bahkan kudengar sekarang dia pemeluk agama Budha yang sangat taat. Selain Gandhi, dia banyak melukis Bunda Theresia. Orang-orang yang banyak berkorban secara nyata untuk orang lain, menjadi inspirasi Adi untuk digeber pada kanvas lukisnya dengan sangat hidup.

Hidup memang merupakan suatu proses. Tapi untuk membentuk suatu proses itu menjadi hal yang kita harapkan, sudah selayaknya kita bersandar pada sunatullah.  Adi sepertinya memahami hal ini. Lukisannya banyak bercerita tentang proses kehidupan itu sendiri. Kelahiran, air mata dan keceriaan yang merupakan suatu harmoni hidup, dia tuangkan dengan sangat indah pada lukisannya.  Aku katakan lukisan-lukisan dia memiliki jiwa.

Aku masih menyimpan satu lukisannya, yang aku beri judul wanita, bunga dan kupu2, yang merupakan hadiah darinya. Lukisan ini hanya dilukis dengan pinsil tapi menurutku  memiliki kekuatan luar biasa. Rupanya Adi tahu, ketika dia pameran di Surabaya  aku tertegun di depan lukisan ini. Dan aku bilang lukisanmu ini lain dengan yang kamu pajang. Beda banget kataku.
Di sana dia menggambar wajah seorang wanita, pada rambutnya tergerai sekuntum bunga dan kupu-kupu. Makanya aku mengatakan lukisan ini dengan nama Wanita, Bunga dan Kupu-Kupu. Dengan berkelakar dia bilang itu wajahmu. Dibalik bingkai lukisan itu dia tulis sebuah puisi dengan judul perjamuan terakhir untuk Ndari Puri Suryandari.

Aku tahu lukisan dia sangat mahal harganya, dan tentu saja aku tidak akan sanggup membelinya.  Karena itu dia rajin mengirimi aku beberapa foto lukisannya yang menjadi perbincangan di media.

Hidup adalah proses kata Adi. Dan dengan proses itu dia telah memapaki kehidupannya dengan berpegang pada filsafat air mengalir. Dengan proses itu pula, pendewasaan dirinya tercermin pada karyanya yang sangat luar biasa. Hidup memang Proses, proses untuk menuju ke suatu titik, dimana pada akhirnya kita tak mampu lagi menjalani proses itu sendiri.