
apabila waktu lebih berkuasa, merayu untuk tak setia.. ..maka saat itulah setia tak tak lagi ada......
Setia adalah sesuatu barang langka. Paling tidak untuk saat ini. Coba tengok, seberapa besar komitmen seseorang terhadap janji yang disampaikan. Setia sama saja menepati janji. Jika janji dilanggar, maka bisa jadi kesetiaannya dipertanyakan.
Banyak hal yang bisa masuk dalam katagori setia. Konon untuk menjadi pegawai tidak perlu pandai, tapi yang diutamakan adalah kesetiaan, loyal terhadap atasan, patuh terhadap pimpinan. Jika dia pandai bisa jadi justru pimpinan tidak suka, masak bawahan lebih pandai dari pimpinan? Sepandai-pandai bawahan, dia toh tetap bawahan... jadi tetap yang dibutuhkan adalah kesetiaan pada atasan tadi. Atasan tidak perlu pandai, dia hanya perlu menggerakan roda pimpinan. Jika bawahan hanya sekelompok manusia yang tidak patuh, maka roda pimpinan jelas akan oleng. Jika bawahan sekelompok manusia yang pandai, maka roda pimpinan tetap berjalan, tapi dengan kecemasan pimpinan, karena pimpinan yang bebal akan berpikir : "Jangan-jangan orang akan menduga, bahwa keberhasilan program ini karena prestasi bawahan".
Jadi yang dibutuhkan sebenarnya kombinasi antara kepatuhan, keloyalan dan kesetiaan dipadu dengan otak cerdas dari pegawainya. Masalahnya, semakin pandai bawahan maka semakin kritis mereka. Apalagi masih ada pimpinan yang tidak mau mendengarkan apa yang disampaikan bawahan.
Setia terhadap pasangannya. Ini mutlak diperlukan, karena sebuah ikatan akan kokoh jika ikatannya terjalin dengan kuta. Tetapi kesetiaan terhadap pasangannya bisa jadi hanya untuk menutupi "Setia" itu sendiri. Setia adalah komitemen dengan apa yang diucapkan pada pasangannya.
Untuk membuktikan kata setia, maka mereka dituntut untuk tidak mengatakan "karena". Aku setia pada pasanganku karena dia cantik, karena dia juga setia, karena dia kaya, karena dia pengertian, dsb. Sekarang coba kata "karena" tersebut dihilangkan menjadi meskpun. Aku setia pada pasangankua "meskipun" tidak cantik, meskipun dia tidak setia, meskipun miskin, dsb.
Tapi sayangnya, tidak ada sesuatu yang abadi di dunia ini, termasuk setia itu tadi. Setia seperti halnya baju, akan lapuk juga dimakan sang waktu... Setia berguguran di sepanjang perjalanan waktu. Setia tak akan bisa bertahan, seperti bongkahan puzzle dia akhirnya pecah berserakan dan memerlukan waktu lama untuk disusun kembali. Namun setia tak lagi bisa utuh, karena sudah tercederai... dan seperti puzzle akan mudah berserakan lagi...