Aku sanggupi aku pasti akan hadir, karena ini adalah momen penting baginya, aku ingat judul destertasinya dulu sempat aku kritisi.
Oke katanya, aku kirim 5 undangan , tapi harus hadir... pesannya. Kemudian aku kontak Agus dan Ayu, mereka berdua sanggup datang pada sidang doktoralnya. Aku pesan sama Agus agar undangan diambil saja, jangan diantar olehnya. Aku memahami betul kondisi psikologisnya yang mantan pejabat, yang dulunya dihormati dan begitu memasuki pensiun dia pasti akan enggan menemui kami di kantor. Lagian sidang doktoralnya ini merupakan aktualisasi dirinya yang harus diapresiasi oleh sahabat-sahabat dekatnya. Walaupun aku dulu bekas anak buahnya, tapi jauh sebelumnya aku telah mengenal dia dengan baik.
Tapi seperti biasanya, mendekati hari H si Agus tiba-tiba menenelpon dan mengatakan dia ada diklat di hotel Utami seminggu. Itu berarti dia tidak bisa menemani aku mensupport sidang doktoralnya. Walaupun si Agus mengatakan dia akan berusaha :"melarikan diri" pada hari itu untuk langsung bergabung dengan kami, tapi aku tidak yakin dengan usahanya yang "melarikan diri" dari acara diklatnya. Pembatalan secara tiba-tiba ini sudah sering dilakukan Agus, sehingga aku tidak kaget jika dia tiba-tiba saja mengatakan
" Maaf ..'nDa, piye yo aku ada kegiatan, tapi aku akan usahkan datang......" Walaupun tidak kaget, tapi menjengkelkan... dan selalu saja ada halangan yang tidak bisa ditinggalkannya. Entah itu benar atau tidak aku malas untuk mendesaknya mengatakan hal yang sebenarnya.
"Aku tidak suka kau membuat janji yang tidak pasti, kalau bisa katakan ya bisa, kalau tidak katakan tidak. Dalam hal ini fellingku mengatakan kau tidak bisa. Sudah putusi saja tidak bisa dan telepon dia untuk mengatakan tidak bisa. Kasihan dia sudah mengharapkan kehadiran kita" Seruku dengan jengkel.
"Ya..ya.. la'opo aku mau telepon awakmu, kalau cuma diseneni..." sungutnya.
Tentu saja aku marah padanya, yang tidak bisa dengan tegas mengatakan hal yang sangat sederhana tapi ditunggu oleh yang empunya hajat. Dan aku, aku sudah pasti tidak bisa hadir kalau sendirian. Sang Ayu juga tidak bisa karena pada hari yang sama dia panitia pembukaan Gelora Bung Tomo. Ijin dan mengajak Pak Gafar ? No! pasti Pak Gafar akan bertanya-tanya untuk apa dan ada apa aku menghadiri sidang doktoral mantan pejabat ini?
Ingin rasanya menghadiri sidang doktoralnya, tapi tidak ada satu temanpun yang sekiranya bisa menemaniku ke sana. Bukan berarti aku tidak punya teman untuk ke sana, tapi aku tidak memiliki pandangan siapa orang yang aku ajak ke sana. Dalam hal ini aku tidak bisa sembarangan men gajak orang untuk menghadiri sidang doktoralnya.
Mendekati hari H-nya, dia menelpon kembali, dan menyakan kesanggupanku. Aku katakan aku ingin datang tapi tidak ada teman. "Baik begini saja, jika engkau datang tolong hubungi aku di sana..." katanya dengan nada kecewa. Sejak awal aku tahu, aku akan mengecewakan dia lagi... ini adalah yang kesekian kali aku mengecewakannya. Aku tahu keputusannya mengambil S-3 tidak lebih hanya untuk mengisi kekosongan hari-harinya, karena sebetulnya dia adalah seorang pria yang kesepian, yang butuh teman bercerita, butuh teman untuk membuatnya tertawa... dan aku tidak bisa menemaninya pada saat dia membutuhkan support. Dan ketika aku berusaha menghubunginya, teleponnya tidak diaktifkan lagi...